COVER WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 1 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 2 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 3 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 4 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 5 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia BAB 6 WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia PUSTAKA WAWAN HERMAWAN
PUBLIC tuti yulia Lampiran Wawan 22011018.pdf
PUBLIC tuti yulia
Fenomena amblesan tanah banyak terjadi di kota-kota besar di dunia yang
dibangun di atas endapan sedimen Kuarter seperti Bangkok, Shanghai, San
Joaquin, dan Jakarta. Fenomena ini juga terjadi di salah satu ibukota provinsi di
Indonesia yaitu Kota Semarang. Perbedaan besarnya amblesan tanah yang terjadi
umumnya sangat terkait dengan kondisi geologi dan tata guna lahan yang
berkembang.
Pada penelitian ini, analisis yang dilakukan hanya didasarkan pada: a) amblesan
tanah akibat pembebanan dari perkembangan infrastruktur dengan pendekatan
teori konsolidasi satu dimensi Terzaghi, dan b) amblesan tanah akibat penurunan
muka airtanah berdasarkan pendekatan teori konsolidasi Biot melalui metode
elemen hingga, dalam kurun waktu Oktober 2010 – Oktober 2013. Berdasarkan
kondisi stratigrafinya, daerah penelitian didominasi oleh lapisan-lapisan lempung
yang terdiri dari lempung pasiran sangat lunak (10,5-28,1 m) dan lapisan lempung
teguh-kaku (28,1-82 m). Nilai OCR < 1 pada lapisan lempung pasiran dan
lempung teguh-kaku menunjukkan bahwa proses konsolidasi masih sangat
memungkinkan terjadi di lokasi penelitian. Lebih dari itu, lapisan-lapisan
lempung di lokasi penelitian memiliki nilai indeks kompresi (Cc) yang tinggi,
sehingga diperkirakan lapisan-lapisan ini akan mudah mengalami pemampatan
apabila terkena tambahan tegangan. Dengan nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang
kecil (0,00032–0,00060 cm2/detik), hal ini menjadi penyebab lambatnya proses
disipasi pada lapisan-lapisan lempung ini dan lebih lanjut mengakibatkan proses
konsolidasi yang terjadi menjadi lebih lama.
Nilai amblesan tanah di daerah penelitian berdasarkan patok tetap adalah sebesar
12 cm, sedangkan hasil analisis menunjukkan amblesan tanah akibat pembebanan
dari perkembangan infrastruktur menyebabkan amblesan tanah sebesar 0,61 cm
dan akibat penurunan airtanah sebesar 5,40 cm. Dengan demikian maka amblesan
tanah akibat konsolidasi alami diperkirakan sebesar 5,99 cm. Kondisi geologi di
daerah penelitian tampak sangat berpengaruh pada besarnya faktor konsolidasi
alami sebagai faktor penyebab amblesan tanah, yang tersusun atas lapisan-lapisan
lempung yang sangat tebal, dengan nilai OCR < 1, dan memiliki nilai indeks
kompresi yang tinggi-sangat tinggi.