digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Karina Dwi Kusumastuty
PUBLIC Alice Diniarti

Indonesia sebagai negara tropis dimana karakter iklimnya panas dan lembab, aktivitas ruang luar sering terganggu akibat ketidaknyamanan pada kondisi termal. Pembangunan masif bangunan tinggi di perkotaan akibat semakin bertambahnya populasi manusia menyebabkan berkurangnya area hijau dan resapan yang menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan dan memicu perubahan iklim mikro dengan naiknya suhu udara di permukaan. Kenaikan suhu ruang luar di Jakarta saat ini sudah melebihi standar kenyamanan masyarakat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu kawasan yang mengalami kenaikan suhu cukup signifikan adalah kawasan CBD, sehingga dalam merancang ruang luar terutama pada kawasan CBD diperlukan suatu pendekatan untuk menciptakan kondisi kenyamanan termal untuk meningkatkan kenyamanan beraktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kawasan CBD Kemayoran melalui pendekatan Climate Sensitive Urban Design yang berada pada wilayah iklim tropis yang panas dan lembab, serta menganalisa tingkat kenyamanan termal dan pengkondisian udara yang optimal pada kawasan. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan menguji hasil desain rancangan menggunakan prinsip Climate Sensitive Urban Design melalui simulasi menggunakan program Envi-met 4.1 untuk mengetahui nilai temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban udara, serta PMV pada kawasan rancangan. Desain mempertimbangkan konfigurasi bangunan seperti jarak antar bangunan, ketinggian rata-rata bangunan, orientasi bangunan, lebar jalan, dan material penutup tanah alami. Simulasi dilakukan dengan menguji dua desain alternatif berbeda dengan menganalisis pembayangan dan tingkat radiasi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perancangan kawasan yang responsif terhadap perubahan iklim. Hasilnya diketahui bahwa pergerakan angin lebih diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan termal dibanding pembayangan dari bangunan di wilayah Jakarta.