BAB 1 Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4A Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4B Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Fauzan Lazuardi Ramadhan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Perairan Utara Sulawesi merupakan gerbang masuk Arus Lintas Indonesia (Arlindo)
yang secara langsung akan terpengaruh oleh fenomena yang terjadi di Samudra Pasifik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi massa air dan masing-masing
kandungan panasnya di Perairan Utara Sulawesi sebagai bagian dari Arlindo. Data yang
digunakan pada penelitian kali ini merupakan data salinitas dan suhu yang berasal dari model
reanalysis HYbrid Coordinate Ocean Model (HYCOM) dengan resolusi 1/12°. Optimum
Multiparameter (OMP) digunakan untuk menghitung persentase kontribusi percampuran
dari setiap massa air di daerah kajian.
Hasil perhitungan massa air North Pacific Subtropical Water (NPSW) memiliki
kontribusi maksimum pada kedalaman < 100 m dengan kontribusi percampuran > 80%, pada
kedalaman 100 – 300 m terjadi percampuran antara massa air NPSW, South Pacific
Subtropical Water (SPSW), North Pacific Equatorial Water (NPEW), dan North Pacific
Intermediate Water (NPIW) dengan kontribusi percampuran masing-masing antara 10% -
80%, 0% - 25% , 10% - 50%, dan 10% - 40%, pada kedalaman 300 – 500 m terjadi
percampuran antara massa air NPEW dan NPIW dengan kontribusi percampurannya antara
20% - 80% dan 50% - 70%, pada kedalaman 500 – 600 m didominasi oleh massa air NPIW
dengan kontribusi > 80%, pada kedalaman 600 – 1500 m didominasi oleh massa air Antartic
Intermediate Water (AAIW) dengan kontribusi percampuran > 80%, pada kedalaman > 2500
m didominasi oleh massa air Antartic Bottom Water (AABW) dengan kontribusi
percampuran > 70%, dan pada kedalaman 1500 – 2500 m terjadi percampuran antara massa
air AAIW dan AABW dengan kontribusi ke-dua-nya diantara 10% - 60% dengan residu
konservasi massa berada < 1,5% yang berarti masih adanya percampuran dari massa air jenis
lainnnya.
Kandungan panas massa air dihitung berdasarkan dua sistem suhu yang berbeda
terhadap kedalaman. Pada periode 1995 – 2015 kandungan panas yang dimiliki massa air
AABW memiliki kontribusi 26,46%, AAIW sebesar 52,3%, NPEW sebesar 10,1%, NPIW
sebesar 10,26%, dan NPSW sebesar 0,86% dari total kandungan panas, besaran kontribusi
sangat dipengaruhi oleh variasi suhu terhadap kedalaman. Kandungan panas massa air di
lapisan tercampur dan dasar akan berkurang (bertambah) ketika terjadi fenomena La-Niña
(El-Niño), sementara pada lapisan termoklin akan berkurang (bertambah) ketika terjadi
fenomena El-Niño (La-Niña).