digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dengan maraknya pembangunan infrastruktur terowongan bawah tanah di Indonesia, struktur geologi regional, kekuatan batuan sekitar terowongan, ketinggian muka air tanah serta saturasi air merupakan beberapa faktor penting dalam penentuan kestabilan dari konstruksi terowongan. Meninjau terowongan yang terletak di Jawa Barat, berada pada kedalaman 80 m dari permukaan tanah, Terowongan “AG†merupakan objek penelitian ini. Tujuan penelitian ini pada dasarnya menganalisa distribusi stress akibat konstruksi terowongan, yaitu bentuk geometri muka terowongan dan pengaruh ekskavasi terhadap batuan di sekitarnya. Penelitian ini juga menganalisa stabilitas terowongan akibat adanya variasi ketinggian air tanah dan variasi saturasi air pada batuan dengan menggunakan kriteria kegagalan Mohr-Coulomb. Untuk mengakomodir dinding terowongan yang berpotensi untuk tidak stabil, maka penelitian ini memberikan preferensi tunnel support yang perlu dipasang untuk mengakomodir stress yang bekerja. Terowongan “AG†yang berbentuk tapal kuda memiliki tinggi 4,8 m dan lebar 5,6 m; dibandingkan dengan terowongan berbentuk lingkaran dengan diameter 5,6 m. Periode musim hujan membuat muka air tanah naik hingga ke batas lapisan tufabatupasir atau 20 m di atas terowongan; berangsur turun ke 12 m dan 4 m di atas dinding terowongan pada periode pergantian musim, dan berada 1 m di bawah lantai terowongan pada musim kering. Data diolah dengan perhitungan numerik menggunakan metode batas hingga, oleh program Phase2. Perbedaan geometri terowongan (menyudut atau melingkar) sangat mempengaruhi distribusi stress di dindingya, khususnya pada titik abutment terowongan. Ekskavasi dari Terowongan “AG†mempengaruhi kenaikan compressive stress di sekitar dinding terowongan hingga jarak 2 m dari dinding. Sementara untuk setiap variasi ketinggian muka air tanah dan nilai saturasi, dinding Terowongan “AG†belum dapat mengakomodir stress yang bekerja, selain pada lantai terowongan. Oleh karena itu, diperlukannya tunnel support berupa penyanggaan beton dengan tebal minimum 2,2 mm di dinding terowongan guna mengakomodir stress untuk periode awal konstruksi terowongan.