Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat di Pulau Jawa serta rencana
strategis pemerintah dalam pengembangan moda kereta di masa depan akan
berdampak kepada kinerja jaringan angkutan umum. Untuk mengetahui dampak
implementasi rencana tersebut terhadap kinerja angkutan umum, perlu dilakukan
tinjauan terkait kinerja angutan umum di masa depan. Dalam studi ini, dilakukan
tinjauan mengenai pergerakan penumpang serta dampak pengembangan moda
kereta di masa depan. Selain itu, dalam studi ini juga dihitung implementasi
alternatif pengembangan kereta api dengan kinerja terbaik
alternatif yang dilakukan adalah do-nothing (DN), pembangunan medium speed
train (MS), pembangunan high speed traiu jalur utara (HSU), pembangunan high
speed traiu jalur selatan (HSS), serta pembangunan high speed train jalur selatan
dan pembangunan medium speed train (MSHS). Pengembangan alternatif akan
dilakukan pada tahun 2025, serta diproyeksi hingga tahun 2048. Program EMME
(Equilibre Multimoda, Multimodal Equilibrium) digunakan untuk membantu
menghitung kinerja jaringan setelah dibebankan pergerakan penumpang. Kinerja
jaringan yang ditinjau dalam adalah total running time dan total waiting time.
Kedua parameter ini kemudian dibandingkan antaralternatif untuk menentukan
alternatif dengan total biaya terendah.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah pergerakan penumpang
total di pulau jawa pada tahun 2018 adalah 3.106.162, meningkat hingga
4.437.490 pada tahun 2048. Penurunan total biaya untuk masing – masing
alternatif secara keseluruhan yaitu MS, HSU, HSS, dan MSHS, yang ditunjukkan
dengan besarnya rasio antara generalized cost masing-masing alternatif terhadap
alternatif DN secara berturut – turut adalah 5.486% , 29.947% , 31.656% dan
63.212%. Dengan hasil yang diperoleh dari poin diatas, maka alternatif MSHS
memberikan hasil kinerja jaringan angkutan umum terbaik dibandingkan dengan
alternatif lainnya.