Minyak mineral telah digunakan sebagai minyak transformator selama lebih dari
seratus tahun karena harganya yang murah dan sifatnya yang baik sebagai
pendingin. Akan tetapi, minyak mineral sebagai isolasi transformator memiliki
kekurangan yaitu titik api dan titik nyalanya yang rendah, bersifat racun apabila
tumpah, dan berasal dari minyak bumi. Minyak ester merupakan minyak yang
diproyeksikan mampu menggantikan kinerja minyak mineral. Pada studi kali ini,
minyak ester yang diteliti diproses dari RBD kelapa sawit yang mengalami proses
transesterifikasi. Sampel penelitian terdiri atas 600 gram minyak, 26,25 gram
tembaga, dan 30 gram kertas kraft. Penelitian dilakukan dalam botol tertutup
dengan dua variasi suhu yaitu 1200 C dan 1500 C selama 1344 jam dengan sampling
dilakukan setiap 336 jam. Pengujian yang dilakukan untuk minyak ester adalah
pengujian skala warna, kadar asam, kadar air, resistivitas jenis, rugi-rugi dielektrik,
dan tegangan tembus, dan DGA. Sedangkan pengujian yang dilakukan untuk kertas
adalah pengujian kadar air, derajat polimerisasi, analisis fisika melalui pengamatan
visual dan mikroskop cahaya, scanning electron microscope (SEM), Energy
Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), X-ray diffraction (XRD), serta pengujian
kestabilan termal melalui pengujian termogravimetri (TGA), analisis diferensial
termal (DTA), dan analisis derivatif termogravimetri (DTG). Peningkatan
kontaminan dan radikal bebas menyebabkan kenaikan rugi-rugi dielektrik dan
penurunan resistivitas jenis minyak. Selain itu, ditemukan korelasi yang cukup kuat
antara kadar air relatif minyak terhadap tegangan tembus. Pada pengujian kertas,
ditemukan bahwa derajat polimerisasi kertas menurun seiring dengan kenaikan
durasi pemanasan. Selain itu, terdapat korelasi antara struktur kristalin dan struktur
amorf yang diperoleh melalui pengujian XRD dengan peningkatan hemiselulosa
pada proses penuaan yang dapat diamati melalui kurva TGA/DTA/DTG