ABSTRAK Dody Virgiawan
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
COVER Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Dody Virgiawan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Di dalam survei hidrografi, nilai kedalaman perlu direferensikan terhadap suatu
referensi yang telah ditetapkan (chart datum). Adapun untuk menyatakan nilai
kedalaman berdasarkan referensi chart datum, perlu dilakukan koreksi pasang surut
yang diakibatkan oleh variasi spasio-temporal permukaan air laut yang mempengaruhi
nilai kedalaman yang diperoleh. Metode konvensional seperti pengamatan bacaan
stasiun pasang surut telah dilakukan untuk dapat memperoleh nilai koreksi pasang
surut tersebut, namun dengan berkembangnya teknologi Global Navigation Satellite
System (GNSS), metode Real Time Precise Point Positioning Tide (RTPPP-Tide)
mulai diteliti dan dikembangkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan untuk
memperoleh nilai koreksi pasang surut tersebut. Oleh karena itu pada penelitian ini
dilakukan analisis perbandingan terhadap kedua metode tersebut sehingga diperoleh
gambaran mengenai perbedaan antara kedua metode, beserta keunggulan metode
RTPPP-Tide jika dibandingkan dengan metode pembacaan stasiun pasang surut.
Akuisisi data kedalaman dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu dengan
melakukan pemeruman pada beberapa lajur yang direncanakan. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh nilai root-mean-square-error (RMSE) dari perbandingan nilai
koreksi pasang surut, serta diperoleh selisih antara digital elevation model (DEM) dari
kedua metode yang digunakan. Adapun nilai RMSE tersebut bervariasi 5,7 cm sampai
dengan 11,4 cm dengan menggunakan data RTPPP-Tide yang memiliki fluktuasi
tinggi, sedangkan untuk metode RTPPP-Tide yang diregresi bervariasi 3,1 cm sampai
dengan 10,5 cm. Perbedaan nilai koreksi kedua metode disebabkan oleh faktor seperti
kesalahan pengukuran dan kualitas data yang digunakan. Penggunaan metode RTPPPTide
lebih merepresentasikan kondisi tinggi muka air laut pada setiap titik pemeruman
jika dibandingkan dengan metode pengamatan stasiun pasang surut.