ABSTRAK Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan COVER Astri Nur Istyami
PUBLIC  BAB 1 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 2 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 3 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 4 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 5 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 6 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan BAB 7 Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan PUSTAKA Astri Nur Istyami
PUBLIC Irwan Sofiyan
Asam lemak merupakan produk antara yang sangat penting dalam industri
oleokimia. Selain menjadi produk turunan minyak nabati, asam lemak juga
berpotensi untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan bakar nabati drop-in, yaitu jenis
bahan bakar yang dapat langsung digunakan pada mesin kendaraan tanpa
pencampuran dengan bahan bakar fosil. Selama ini, produksi asam lemak
membutuhkan energi dalam jumlah besar serta menyebabkan kerusakan pada
sebagian produk asam lemak. Teknologi alternatif yang saat ini dikembangkan
adalah hidrolisis trigliserida dengan enzim lipase (dikenal juga dengan lipolisis),
yang berpotensi lebih ekonomis karena dapat dilangsungkan pada kondisi operasi
di sekitar temperatur kamar dan tidak menyebabkan kerusakan produk. Tingginya
biaya produksi lipase dari mikroorganisme memunculkan alternatif sumber lipase
lainnya yang lebih mudah diolah dan murah, yaitu biji dan getah tumbuhan.
Beberapa sumber lipase nabati telah dilaporkan sebelumnya, namun membutuhkan
kondisi tertentu, seperti rasio lipase terhadap substrat yang sangat tinggi, rasio
pelarut organik terhadap substrat yang sangat tinggi, atau waktu reaksi yang sangat
lama.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan teknologi proses produksi
asam lemak berkondisi operasi lunak dengan bantuan lipase nabati. Untuk
menghasilkan kelayakan proses yang baik, mula-mula dilakukan pengujian kinerja
lipase dari berbagai sumber nabati. Pengujian dilakukan terhadap 16 (enam belas)
sumber lipase nabati, yaitu biji jarak pagar (Jatropha curcas), biji jarak kepyar
(Ricinus communis), biji kapok randu (Ceiba pentandra), biji kepoh (Sterculia
foetida), biji mabai (Milletia pinnata), biji bintaro (Cerbera manghas), biji
nyamplung (Calophyllum inophyllum), biji buah roda (Hura crepitans), biji saga
utan (Adenanthera pavonina), biji karet (Hevea brasiliensis), dedak padi (Oryza
sativa), getah patah tulang (Euphorbia tirucalli), getah kemboja (Plumeria rubra),
getah bintaro (Cerbera manghas), getah pepaya (Carica papaya) dan getah nangka
(Artocarpus heterophyllus). Di antara sumber-sumber lipase yang diuji, getah
kemboja menghasilkan derajat hidrolisis tertinggi pada kadar crude enzim rendah
(1%-substrat) dan tanpa melibatkan pelarut organik.
Untuk meningkatkan kelayakan proses, dilakukan optimasi terhadap variabelvariabel
yang diduga memengaruhi reaksi lipolisis dengan lipase getah kemboja.
Variabel yang ditinjau adalah pH, temperatur, rasio pelarut organik terhadap
minyak, rasio air terhadap minyak, ukuran partikulat lipase, penambahan ion
aktivator, dan waktu penyimpanan lipase. Mula-mula dilakukan dengan
kuantifikasi pengaruh masing-masing variabel terhadap derajat lipolisis untuk
menyeleksi variabel dengan pengaruh terbesar. Selanjutnya, optimasi dengan
Response Surface Method. Kinerja lipase getah kemboja optimum pada pH 8,25,
yaitu mencapai derajat hidrolisis sebesar 74,5% dalam waktu 10 jam.
Untuk meningkatkan efisiensi proses, dilakukan upaya amobilisasi terhadap lipase
dari getah kemboja. Amobilisasi merupakan proses pemerangkapan enzim pada
permukaan atau di dalam matriks penyangga. Teknik ini bertujuan supaya enzim
mudah diperoleh kembali di akhir reaksi dan dapat digunakan kembali. Di dalam
penelitian ini, dilakukan amobilisasi lipase getah kemboja dengan metode adsorpsi
(pada penyangga berupa serbuk aseton dedak padi, biji polipropilen, dan biji
polietilen) serta metode enkapsulasi (dalam matriks kalsium alginat). Amobilisasi
dengan metode adsorpsi, meskipun efektif pada lipase mikrobial yang berwujud
cair, tidak efektif dilakukan terhadap lipase partikulat getah kemboja. Amobilisasi
dengan metode enkapsulasi, meskipun lebih efektif dibandingkan metode adsorpsi,
memiliki kelemahan berupa kontaminasi matriks terhadap produk, terutama pada
reaktor berpengaduk. Membandingkan kinerja dan ketersediaan lipase bebas (tidak
diamobilisasi) dan lipase amobil, bentuk yang direkomendasikan untuk lipase dari
partikulat getah kemboja adalah lipase bebas.
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah penyusunan model kinetika reaksi
lipolisis minyak nabati dengan lipase dari getah kemboja. Model kinetika disusun
dengan pendekatan konversi satu tahap: model Michaelis-Menten sederhana, model
Michaelis-Menten dengan pengaruh luas permukaan emulsi, model Michaelis-
Menten dengan pengaruh fraksi volum air, dan model Michaelis-Menten dengan
pengaruh inhibisi asam lemak produk. Dengan mempertimbangkan pembentukan
digliserida dan monogliserida, disusun juga model kinetika reaksi dengan
pendekatan konversi tiga tahap melalui curve fitting dengan bantuan perangkat
lunak MATLABĀ® Simulink. Meskipun model-model konversi satu tahap
melibatkan faktor tambahan seperti luas permukaan emulsi, jumlah air, dan inhibisi
produk, namun model konversi tiga tahap yang disusun lebih sesuai dengan profil
pembentukan produk dari data eksperimen. Model ini dapat digunakan untuk
memperkirakan konversi reaksi lipolisis pada waktu tertentu, atau dikembangkan
lebih lanjut dengan bantuan data jumlah digliserida dan monogliserida selama
reaksi berlangsung.