Dalam rangka mewujudkan pernyataan visionnya, PT Telekomunikasi Indonesia bermaksud menciptakan pengalaman pelanggan terbaik serta dapat meningkatkan daya saing dan nilai perusahaan untuk memcapai posisi pertama dari 10 (sepuluh) perusahaan telekomunikasi terbesar dalam hal kapitalisasi pasar di Asia Pasifik pada tahun 2020. Peringkat teratas perusahaan-perusahaan telekomunikasi dalam hal kapitalisasi pasar di Asia Pasifik memiliki kesamaan karakteristik, perusahan-perusahaan tersebut telah mengelompokan portofolio bisnis mereka dan mulai focus pada portofolio bisnis yang telah menjanjikan pertumbuhan. Ditengah perkembangan bisnis digital, PT Telekomunikasi Indonesia terjebang dalam kondisi dimana produk yang ditawarkan dianggap sebagai produk komoditi terutama produk inti dari PT Telekomunikasi Indonesia terlebih lagi produk pendukung masih belum memenuhi ekspektasi perusahaan. Sebagai produk komoditi, akan berdampak pada pengurangan di marjin keuntungan perusahaan. PT Telekomunikasi Indonesia harus berhati-hati dan penuh perhatian untuk memilih investasi yang sedang berjalan atau investasi dimasa mendatang. Evaluasi kinerja PT Telekomunikasi Indonesia masih memberikan fokus pada level entitas maupun kelompok entitas dan belum mencapai evaluasi secara komprehensif pada portofolio bisnis.
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengusulkan model baru alokasi biaya di PT Telekomunikasi Indonesia dengan studi kasus di bisnis Wholesale untuk mendapatkan evaluasi portofolio bisnis secara komprehensif sebagai alat bantu tambahan manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Model alokasi menggunakan Capacity-Driven Activity Based Costing. Capacity-Driven Activity Based Costing menyederhanakan proses perhitungan biaya dengan menghilangkan kebutuhan untuk wawancara dan survey karyawan untuk mengalokasikan biaya sumberdaya ke aktivitas-aktivitas sebelum memasukan ke objek biaya. Model ini akan memberikan hasil portfolio bisnis di Wholesale bisnis dari PT Telekomunikasi Indonesia