Binong Jati merupakan salah satu permukiman padat penduduk di kota Bandung,
namun dengan kekhasan daerahnya yang mengangkat rajutan sebagai sumber mata
pencaharian, pemerintah kota Bandung menjadikan Binong Jati sebagai sentra
wisata rajutan. Sebagian besar masyarakat Binong Jati berwirausaha rajutan di
dalam rumah pribadi sehingga mereka menggunakan sebagian ruang di dalam
rumah dialihfungsikan sebagai ruang usaha industri rajutan. Keterbatasan luas
lahan bagi tempat tinggal dan ruang usaha, menyebabkan ruang dalam bangunan
terbentuk sederhana tanpa terkonsep dengan jelas, dan kurang mempertimbangkan
unsur-unsur penting dalam pembangunan tempat tinggal yaitu organisasi ruang.
Objek studi penelitian ini berupa rumah penduduk yang juga berfungsi sebagai
tempat tinggal dan usaha rajut beserta para penghuni dan pekerja. Maka dari itu,
jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode studi kasus.
Terdapat empat studi kasus rumah industri rajut yang di analisis untuk
memudahkan dalam menemukan adanya kesamaan dan perbedaan dalam konflik
serta harmoni kegiatan yang tercipta pada setiap studi kasus, yang dapat terhubung
pada pola sirkulasi, pembagian zona serta tingkat kenyamanan penghuni dan
pekerja di setiap rumah industri rajut di Binong Jati.
Adanya temuan-temuan penelitian berupa organisasi ruang meliputi pola sirkulasi,
zonasi serta privasi yang minim bagi penghuni terhadap pekerja, ataupun sesama
penghuni seperti orang tua terhadap anak begitu pun sebaliknya. Selain itu,
interaksi sosial antar penghuni berkurang karena menghilangnya fungsi ruang yang
dapat menaungi semua penghuni serta terdapat blurred area yang digunakan oleh
kegiatan rumah tangga ataupun usaha. Maka dari itu, perlu adanya rancangan
organisasi ruang yang fokus terhadap pola pembagian ruang berdasarkan kebutuhan
penghuni ataupun pekerja ketika beraktivitas. Selain itu, terdapat ruang yang bisa
menaungi interaksi sosial sesama penghuni, dengan tujuan tidak terjadinya sirkulasi
silang yang tertuang dalam bentuk bubble diagram.