digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-COVER.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-BAB1.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-BAB2.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-BAB3.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-BAB4.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-BAB5.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_RAHMAN_FITRA_PERDANA_1-LAMPIRAN.pdf
Terbatas  
» Gedung UPT Perpustakaan


Lapangan Panas Bumi “RFP†merupakan salah satu lapangan panas bumi yang telah beroperasi dengan total energi yang dihasilkan sebesar 227 MWe dan berada 40 km di selatan Kota Bandung. Kegiatan operasional tersebut mengakibatkan terjadinya gempa bumi mikro sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan di lapangan ini. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengamati kondisi bawah permukaan. Salah satu metode yang cukup efektif adalah tomografi seismik 3-D karena dapat mengetahui kondisi saturasi fluida di bawah permukaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan di Lapangan Panas Bumi “RFP†dengan menggunakan relokasi hiposenter yang lebih akurat dan tomografi seismik 3-D. Data yang digunakan merupakan data gempa bumi mikro sebanyak 448 gempa bumi yang terekam selama periode Februari hingga Mei 2016. Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menentukan lokasi hiposenter awal menggunakan Geiger Adaptive Damping. Data gempa kemudian di korelasi silang dan di relokasi menggunakan metode double-difference. Hasil relokasi tersebut digunakan sebagai input untuk menentukan model kecepatan linear 1-D dan model kecepatan seismik 3-D. Hiposenter yang telah direlokasi menunjukkan bahwa gempa bumi mikro di lapangan ini terjadi karena aktivitas sumur injeksi dan sumur produksi. Hasil tomografi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecepatan di sekitar kedalaman 1 km yang berkaitan dengan endapan gunung api purba dan intrusi. Nilai anomali Vp, Vs, dan Vp/Vs menunjukkan bahwa terdapat zona yang tersaturasi uap di bagian utara dan zona yang tersaturasi air di bagian selatan. Selain itu, terjadi juga sebuah reaksi kimia yaitu pengeringan mineral yang mengakibatkan aliran fluida dari bagian selatan tidak sampai ke bagian utara.