digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TS_PP_HAFIZ_FAUZAN_1-COVER.pdf
Terbatas Open In Flip Book agus slamet
» ITB

Kayu merupakan salah satu sumber alam yang dibutuhkan oleh manusia. Tingginya laju pertumbuhan populasi manusia menyebabkan kebutuhan akan kayu semakin meningkat. Salah satu penghasil sumber kayu terbesar saat ini di Jawa Barat adalah hutan rakyat. Pemenuhan terhadap permintaan kayu yang tinggi harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik, agar tidak mengancam kelestarian hutan rakyat. Salah satu daerah dengan hutan rakyat yang masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Adanya ancaman keberlanjutan hutan rakyat menjadi salah satu alasan untuk dilakukan penelitian di Kecamatan Rancakalong, dengan merancang strategi pengelolaan yang tepat agar hutan rakyat dapat lestari dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan hutan rakyat, mengevaluasi efektivitas pengelolaan hutan rakyat dan merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahap identifikasi pengelolaan hutan rakyat secara umum, tahap evaluasi efektivitas pengelolaan hutan rakyat, serta tahap perumusan strategi pengelolaan hutan rakyat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara, pengamatan di lapangan, serta pengumpulan data sekunder. Sampel petani hutan rakyat yang diambil sebanyak 98 responden. Wawancara terhadap aparat pemerintahan dan tengkulak atau bandar kayu menggunakan teknik snowball. Data yang diperoleh dari hasil identifikasi pengelolaan hutan rakyat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan hutan rakyat. Penilaian efektivitas pengelolaan menggunakan pendekatan METT (Management Effectivenes Tracking Tool) yang telah dimodifikasi. Dari kedua tahap tersebut didapatkan faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Hasil faktor kunci digunakan sebagai input dalam perumusan strategi pengelolaan. Terdapat tiga tahapan, yaitu tahap input menggunakan matriks EFI (internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), tahap pencocokan mengunakan ii matriks IE dan SWOT, serta tahap keputusan menggunakan matriks QSPM (Quantitative strategic planning matrix). Hasil penilitian menunjukkan bahwa pengelolaan hutan rakyat Kecamatan Rancakalong belum dikelola secara efektif dan termasuk dalam kategori pengelolaan dasar (skor penilaian 49%). Pada tahap input dilakukan analisis faktor-faktor kunci dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Dari matriks IFE, didapatkan nilai faktor internal sebesar 2,7 yang menunjukkan kondisi internal berada pada tahap sedang. Dari matriks EFE didapatkan nilai faktor eksternal sebesar 3,175 yang menunjukkan respon masyarakat terhadap ancaman dan peluang cukup kuat. Analisis pada tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan matriks Internal dan Eksternal (IE). Hasil matriks IE menggambarkan pengelolaan hutan rakyat Rancakalong berada di kuadran II, yaitu masuk dalam tahap pertumbuhan (growth). Pada tahap ini dilakukan penyusunan strategi alternatif sesuai dengan kondisi yang ada dengan menggunakan matriks SWOT. Hasil matriks SWOT didapatkan tujuh strategi alternatif yaitu: mengatur pola tanam, pemberian pelatihan, pembinaan dan penyuluhan, membangun mitra kerja/kerjasama antara petani dengan stakeholders terkait dengan pemasaran kayu, mengembangkan kegiatan pembibitan bersama antar petani, membangun kelompok petani hutan rakyat Kecamatan Rancakalong, membangun lembaga/organisasi petani untuk penyediaan dana terkait pengelolaan (koperasi simpan pinjam), membangun kerjasama antara petani dengan pemerintah daerah, akademisi, ataupun LSM. Pada tahap keputusan dipilih strategi untuk menentukan prioritas dengan menggunakan matriks QSPM. Hasil perhitungan didapatkan tiga strategi dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi yaitu membangun kelompok petani hutan rakyat Kecamatan Rancakalong (6,55), pemberian pelatihan, pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani terkait pengelolaan hutan rakyat yang optimal (5,325), membangun kerjasama antara petani dengan pemerintah daerah, akademisi, ataupun LSM untuk membantu perkembangan hutan rakyat (5,025). Strategi alternatif yang memiliki nilai TAS tertinggi merupakan strategi yang menjadi prioritas pertama untuk dijalankan.