digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_DR_PP_ALFI_RUMIDATUL_1-COVER1.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Perkembangan dunia kesehatan dan obat-obatan saat ini mulai mencari dan memanfaatkan senyawa-senyawa metabolit sekunder tanaman yang memiliki aktivitas biologis sebagai bahan baku obat. Pada umumnya produksi metabolit sekunder akan meningkat apabila tanaman mengalami serangan penyakit. Salah satu tanaman yang diduga mempunyai kemampuan memproduksi senyawa metabolit sekunder adalah tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor oleh jamur Uromycladium tepperianum. Kemampuan tersebut karena mekanisme pertahanan diri tanaman sengon terhadap serangan jamur U. tepperianum diduga melalui sintesis senyawa metabolit sekunder dan sintesis senyawa protein berupa Pathogenesis Related protein (PR-protein) yaitu protease inhibitor (tripsin inhibitor). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bioaktivitas metabolit sekunder tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor karena selama ini belum ada yang melaporkan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap I : mengevaluasi aktivitas tripsin inhibitor berdasarkan perbedaan bagian dan umur tanaman, kandungan protein total dan profil protein pada tanaman sengon sehat dan tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor. Tahap II : mengisolasi tripsin inhibitor pada tanaman sengon dan melakukan pemurnian tripsin inhibitor serta mengkaji aktivitas sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara dan kanker serviks. Tahap III : melakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak metabolit sekunder sengon yang terserang penyakit karat tumor dengan menggunakan pelarut yang berbeda tingkat kepolarannya. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif kemudian dilakukan pengujian bioaktivitas meliputi pengujian antimikroba, antioksidan dan anthelmintik. Hasil penelitian tahap I, tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor menunjukkan aktivitas tripsin inhibitor yang lebih tinggi (195,20 TUI/mg) dibandingkan dengan tanaman sengon yang sehat (149,59 TUI/mg). Aktivitas tripsin inhibitor pada bagian kulit lebih tinggi (188,82 TUI/mg) daripada bagian kayu (155,97 TUI/mg). Kelompok tanaman umur 1-2 tahun memiliki aktivitas tripsin inhibitor tertinggi. Tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor menunjukkan kandungan protein total yang lebih tinggi dibandingkan tanaman sengon sehat. Profil protein tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor iii ditemukan protein dengan berat molekul 21 kDa yang diduga tripsin inhibitor (protease inhibitor) yang merupakan protein pertahanan tanaman sengon terhadap serangan jamur Uromycladium tepperianum penyebab penyakit karat tumor. Hasil penelitian tahap II, tripsin inhibitor dapat diisolasi dari kulit ranting sengon yang terserang penyakit karat tumor dan dimurnikan dengan kromatografi filtrasi gel menggunakan Sephadex G-100 dan diperoleh aktivitas spesifik sebesar 1.250,33 U/mg serta kelipatan pemurnian 20,96 kali. Karakteristik tripsin inhibitor suhu optimum 50 °C dengan aktivitas sebesar 1200,67 U/mg dan pH optimum 8 dengan aktivitas sebesar 1268,75 U/mg serta berat molekul 21 – 28,7 kDa. Tripsin inhibitor yang diperoleh dari kulit ranting sengon yang terserang penyakit karat tumor memiliki aktivitas sitotoksik terhadap kanker serviks dengan nilai IC50 sebesar 79,81 ppm. Hasil penelitian tahap III, ekstraksi metabolit sekunder ranting sengon menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Rendemen tertinggi diperoleh dari pelarut metanol. Uji fitokimia menunjukkan bahwa senyawa terpenoid, steroid, flavonoid dan fenolik terdapat pada ekstrak n-heksan, etil asetat dan metanol. Pada ekstrak metanol ditemukan juga senyawa tanin dan saponin. Metabolit sekunder tanaman sengon yang terserang oleh penyakit karat tumor memiliki bioaktivitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan metabolit sekunder tanaman sengon yang sehat baik sebagai antimikroba, antioksidan dan anthelmintik. Hasil analisis Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) metabolit sekunder sengon teridentifikasi beberapa jenis senyawa diantaranya adalah ?-pinen, kamfen, 1-fellandren, dl-limonen, eukaliptol, ?-terpinolen, ? terpineol, oktadekanoat, asam tetradekanoat/asam miristat, asam heksadekanoat/asam palmitat, asam benzoat, benzen, delta 3-karen, bisiklo[4.1.0]hept-2-ene 3,7,7-trimetil, azulen siklopenta siklohepten, butil hidroksi toluen (BHT), askaridol, linalol dan mom inositol. Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor oleh jamur Uromycladium tepperianum, menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks, antimikroba, dan antioksidan. Kontribusi ilmiah yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah bisa memberikan informasi mengenai potensi hasil hutan bukan kayu yaitu metabolit sekunder dari tanaman sengon yang terserang penyakit karat tumor sebagai produk-produk bahan alami yang bisa dikembangkan dalam bidang kesehatan dan obat-obatan.