digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2016_TS_PP_RINI_AGUSTINI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Penuaan (aging) merupakan proses fisiologis yang dapat terjadi pada seluruh organ tubuh termasuk juga dapat terjadi pada kulit. Paparan sinar ultraviolet (UV) setiap hari merupakan faktor eksternal yang dapat menginduksi terbentuknya radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS). Reactive oxygen species yang terbentuk dapat meningkatkan laju penuaan kulit, yang selanjutnya disebut sebagai penuaan kulit dini akibat radiasi UV (photoaging). Saat ini penuaan telah dianggap sebagai penyakit sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dan penyembuhan, salah satunya dengan pemanfaatan antioksidan. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tinggi, berpotensi menghasilkan bahan alami sebagai sumber antioksidan yang mampu bekerja menghambat proses photoaging. Beberapa bahan alam yang berasal dari keanekaragaman hayati di Indonesia telah banyak diteliti memiliki potensi yang baik sebagai antioksidan dan agen fotoprotektif. Propolis merupakan salah satu produk alami yang dikumpulkan lebah dari berbagai jenis tumbuhan dan telah digunakan sejak lama sebagai obat tradisional, kosmetik alami, serta suplemen makanan untuk kesehatan. Ketersediaan propolis di alam sangat terbatas, oleh karena itu perlunya efisiensi penggunaan propolis dengan dikembangkannya nanoemulsi propolis (NEP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat pemberian NEP dalam sebagai anti-photoaging dengan mengamati konsentrasi ROS intraselular dan lipid peroksida pada sel fibroblas kulit manusia (HDF) yang diberi paparan UVB. Analisis kandungan bahan aktif yang terdapat pada propolis dilakukan dengan GC-MS, sedangkan pembuatan NEP dilakukan dengan sonikasi dan penyalutan. Analsis sitotoksik dan penentuan konsentrasi optimum NEP dilakukan dengan MTT assay, analisis pengukuran konsentrasi ROS intraseluler dilakukan dengan menggunakan DCFDA assay, pengukuran produk lipid peroksida dilakukan dengan menggunakan TBARS assay dan pengamatan kondisi morfologi inti dilakukan dengan menggunakan pewarnaan DAPI yang diamati menggunakan mikroskop konfokal. Nanoemulsi propolis berukuran 131 nm berhasil dibuat dengan komposisi 30% kolliphor RH40, 10% gliserin, 5% VCO (virgin coconut oil) dan 3% EEP (ekstrak etanol propolis). Berdasarkan hasil pengujian MTT diperoleh konsentrasi optimum NEP adalah 0,1?g/ml yang diberikan pada sel HDF selama 1jam. Hasil pengukuran konsentrasi ROS pada sel HDF dengan pemaparan UVB 200mJ/cm2 (3,474 a.u.) menunjukkan peningkatan ROS yang nyata (P<0,05) hingga mendekati dua kali lipat pada keadaan normalnya (1,928 a.u.), sedangkan pada perlakuan NEP (2,855 a.u.) menunjukan penurunan konsentrasi ROS yang bermakna (P<0,05). Pengamatan pengukuran produk lipid peroksida menunjukan pola yang sama dengan hasil pengukuran konsentrasi ROS. Hasil pengukuran konsentrasi lipid peroksida pada sel fibroblas dengan pemaparan UVB 200mJ/cm2 (0,488 nmol/mg protein) menunjukan peningkatan lipid peroksida yang nyata (P<0,05) hingga hampir mendekati tiga kali lipat pada keadaan normalnya (0,168 nmol/mg protein), sedangkan pada perlakuan NEP (0,403 nmol/mg protein) menunjukan penurunan konsentrasi lipid peroksida yang bermakna (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa propolis dalam bentuk NEP berperan sebagai antioksidan dan berpotensi mengurangi produksi ROS dan lipid peroksida akibat paparan UVB.