digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2016_TS_PP_GINA_NURANTI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Kondisi pencahayaan dapat mempengaruhi fotoreseptor tidak hanya pada fungsi penglihatan (Image Forming) tapi juga fungsi Non Image Forming (NIF). Salah satu fungsi NIF tersebut adalah mempengaruhi perilaku. Cahaya biru pada saat ini banyak digunakan sebagai sumber cahaya buatan dan perangkat elektronik, namun ternyata spektrum cahaya biru dapat menginduksi kerusakan retina dan perubahan pada aktivitas melanopsin-ipRGC terhadap fungsi NIF. Pemaparan cahaya biru pada ibu yang sedang mengandung atau bayi yang baru dilahirkan dikhawatirkan dapat memberikan efek yang lebih signifikan karena pada periode tersebut fotoreseptor melanopsin-ipRGC di retina berada pada masa yang sensitif. Peran paparan cahaya biru selama masa perkembangan melanopsin-ipRGCs terhadap respon NIF masih belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai masalah ini. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor yaitu jenis sumber cahaya dan durasi pemaparan. Sumber cahaya yang digunakan adalah cahaya biru (spektrum 470 nm, LED) dan cahaya matahari ruang. Durasi pemaparan berdasarkan dua waktu perkembangan yaitu selama di dalam kandungan (prenatal) dan masa setelah dilahirkan (postnatal) sampai mencit neonatal berumur 6 hari (PN6). Ada empat kelompok durasi pemaparan, yaitu 1) tanpa pemaparan cahaya selama perlakuan; (2) pemaparan cahaya hanya dilakukan selama masa prenatal; (3) pemaparan cahaya hanya dilakukan pada masa postnatal (PN); (4) pemaparan cahaya dilakukan dari masa prenatal dan dilanjut postnatal sampai anak mencit PN6. 24 ekor induk mencit dibagi ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan rancangan tersebut. Pada setiap masa perlakuan pemaparan cahaya, jadwal pemaparan dilakukan menggunakan siklus terang gelap harian dengan perbandingan 12:12. Pada PN6, perilaku hindaran sebagai respon NIF anak mencit diuji menggunakan alat uji fototaksis negatif. Parameter yang diukur adalah latensi respon cahaya pertama dan latensi berbalik arah dari posisi awal (fototaksis negatif). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok mencit tanpa pemaparan cahaya memiliki respon hindaran paling lambat baik dilihat dari respon awal maupun perilaku fototaksis negatif. Respon tersebut menunjukkan perilaku yang tidak normal sehingga dapat diketahui bahwa cahaya berperan penting dalam perkembangan melanopsin ipRGC dan berpengaruh pada kemampuan respon NIF mencit neonatal. Akan tetapi, hanya kelompok pemaparan cahaya matahari yang menunjukkan respon normal dengan latensi respon yang cepat, sedangkan kelompok pemaparan cahaya biru tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan kelompok tanpa pemaparan cahaya. Kelompok cahaya matahari yang dipaparkan selama periode postnatal menunjukkan latensi respon awal dan berbalik arah yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok perlakuan cahaya pada periode masa prenatal. Hal ini menunjukkan bahwa waktu paling sensitif cahaya dalam mempengaruhi perkembangan melanopsin ipRGC yang selanjutnya berimplikasi pada perilaku mencit neonatal dalam merespon cahaya adalah pada masa postnatal. Akan tetapi, pemaparan cahaya biru dari masa prenatal dan dilanjutkan postnatal menyebabkan latensi mencit neonatal untuk merespon cahaya dengan berbalik arah jauh lebih lambat dibandingkan dengan semua kelompok (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemaparan cahaya biru selama masa perkembangan melanopsin ipRGC postnatal menurunkan kemampuan respon NIF mencit neonatal. Penurunan kemampuan mencit neonatal dalam menunjukkan respon fototaksis negatif pada kelompok pemaparan cahaya biru diduga akibat ketidakmampuan kromofor all-trans-retinal untuk kembali menjadi 11-cis-retinal selama fototransduksi karena tidak adanya spektrum panjang gelombang yang panjang untuk mengembalikan sensitivitas kromofor ke kondisi normal. Selain itu, dikombinasikan dengan karakteristik alami spektrum biru yang memicu pembentukan oksigen radikal dan mata neonatal yang mengandung kadar oksigen tinggi tapi rendah antioksidan menyebabkan stres oksidatif yang tinggi di membran ipRGC. Hal ini diduga menyebabkan ketidakstabilan pada integritas membran dan mengakibatkan cascade sinyal untuk fototransduksi sinyal NIF ke otak pun akan terhambat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cahaya berperan penting dalam perkembangan melanopsin ipRGC terutama pada masa postnatal agar perilaku pada fungsi NIF terjadi dengan normal. Namun, cahaya pada spektrum biru pada periode tersebut dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan melanopsin ipRGC yang berimplikasi pada penurunan fungsi NIF terbukti melalui penurunan kecepatan respon perilaku fototaksis negatif pada mencit neonatal.