digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2011_TS_PP_RIMA_MUSTIKA_SARI_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Kawasan Gunung Tangkuban Parahu, Jawa Barat memiliki beragam vegetasi yang khas, termasuk lumut kerak. Biodiversitas dan distribusi lumut kerak dipengaruhi oleh faktor mikroklimat (misalnya air, angin, cahaya, suhu, kelembaban), kondisi substrat, ketinggian tempat (altitudinal), dan pencemaran udara terutama SO2. Perbedaan altitudinal yang ditemukan di kawasan puncak Gunung Tangkuban Parahu diprediksi menghasilkan variasi faktor mikroklimat dan perbedaan kondisi substrat tumbuh lumut kerak. Selain itu, perbedaan jarak dari Kawah Ratu sebagai sumber SO2 diprediksi menghasilkan variasi kandungan SO2 di udara, sehingga diprediksi akan berpengaruh signifikan terhadap biodiversitas dan distribusi lumut kerak di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui biodiversitas lumut kerak dikaitkan dengan altitudinal dan jarak dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu, (2) membandingkan biodiversitas lumut kerak di kawasan puncak Gunung Tangkuban Parahu pada tahun 1990 dengan 2011, (3) menentukan kualitas lingkungan di kawasan Gunung Tangkuban Parahu dengan menghitung nilai IAP (Index of Atmospheric Purity). Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Pengamatan lumut kerak dilakukan pada pohon yang berdiameter ?30 cm dengan membuat 11 kuadran transek berukuran 210m2. Kuadran transek dipasang mulai dari area dekat Kawah Ratu pada altitudinal 1835m dpl sampai area puncak Gunung Tangkuban Parahu pada altitudinal 2058 m dpl. Ditemukan 20 spesies lumut kerak dengan bentuk morfologi talus berupa krustosa (17 spesies), frutikosa (1 spesies), dan foliosa (2 spesies). Di area dekat tepi Kawah Ratu pada altitudinal 1835-1876 m dpl, ditemukan beberapa spesies lumut kerak krustosa (Psilolechia lucida, Fulgensia fulgens, dan Lepraria incana), sedangkan lumut kerak foliosa dan frutikosa tidak dapat ditemukan. Lumut kerak foliosa seperti Parmelia sp. mulai dapat ditemukan pada altitudinal ?1907 m dpl, dan berjarak ±150m dari Kawah Ratu, sedangkan lumut kerak frutikosa seperti Usnea sp. dapat ditemukan pada altitudinal ?1951 m dpl, dan berjarak ±200m dari Kawah Ratu. Biodiversitas lumut kerak cenderung meningkat seiring dengan penambahan altitudinal, dan jarak dari Kawah Ratu. Jika dibandingkan dengan data Herlinda (1990), biodiversitas lumut kerak pada tahun 2011 mengalami penurunan, yaitu pada lumut kerak foliosa (dari 4 spesies menjadi 2 spesies), dan frutikosa (dari 3 spesies menjadi 1 spesies), sedangkan lumut kerak krustosa mengalami penambahan (dari 2 spesies menjadi 17 spesies). Berdasarkan perolehan nilai IAP, kawasan puncak Gunung Tangkuban Parahu terbagi menjadi 2 area, yaitu area yang tidak kondusif bagi pertumbuhan lumut kerak frutikosa dan foliosa (nilai IAP sebesar 2,27 dan 6,57 pada altitudinal 1835-1945 m dpl), dan area yang kondusif bagi pertumbuhan lumut kerak (nilai IAP sebesar 15,09 ? IAP ? 22,73 pada altitudinal 1951-2058 m dpl).