digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TS_PP_NI_PUTU_SEKAR_TRISNANING_LAKSEMI_1-COVER.pdf
Terbatas Open In Flip Book agus slamet
» ITB

Deforestasi merupakan permasalahan hutan Indonesia yang masih terjadi hingga saat ini. Deforestasi salah satunya disebabkan oleh aktivitas masyarakat di dalam hutan. Deforestasi merupakan dampak negatif aktivitas masyarakat di dalam hutan. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan itu sendiri merupakan kelompok masyarakat miskin terbesar Indonesia dengan akses lahan sangat terbatas. Keterbatasan akses lahan yang didukung oleh kondisi hutan Indonesia yang sebagian besar belum memiliki sistem tenurial yang jelas, membuat masyarakat sekitar hutan mulai melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup dengan memanfaatkan sumber daya hutan (seringkali tanpa perizinan yang baku). Fenomena ini mendorong munculnya konsep perhutanan sosial yang secara umum merupakan pendekatan yang dilakuan untuk mitigasi peningkatan deforestasi dan degradasi hutan serta mengatasi dampak negatif dari aktivitas masyarakat lokal di hutan dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek pengelolaan hutan. Pada pelaksanaannya, kawasan perhutanan sosial di beberapa daerah belum dikelola secara berkelanjutan sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan, seperti yang terjadi di Hutan Desa Wanagiri dan Hutan Rakyat Widya Sari. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi perhutanan sosial berkelanjutan, yang dicapai dengan cara identifikasi faktor penentu perhutanan sosial, analisis perhutanan sosial, dan perumusan strategi perhutanan sosial berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Hutan Desa Wanagiri dan Hutan Rakyat Widya Sari yang terletak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Hutan Desa Wanagiri menggambarkan pengelolaan perhutanan sosial di lahan negara dan Hutan Rakyat Widya Sari menggambarkan perhutanan sosial di lahan milik/privat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi faktor penentu perhutanan sosial berkelanjutan dilakukan dengan analisis kuantitatif dan deskripsi kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor ekologi. Metode deskripsi kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor sosial-ekonomi dan kelembagaan. Analisis perhutanan sosial berkelanjutan dilakukan dengan metode Analisis Proses Hierarki (AHP) dan perumusan strategi dilakukan dengan analisis SWOT (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). ii Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat keberhasilan pengelolaan hutan desa pada aspek lingkungan (49,9%) lebih tinggi dibandingkan hutan rakyat (41,9%). Pada aspek ekonomi, hutan rakyat juga memiliki tinggi keberhasilan yang lebih tinggi yaitu 78,3%, dibandingkan dengan hutan desa yaitu 62,7%. Adapun dari aspek kelembagaan hutan rakyat lebih unggul dengan tingkat keberhasilan pengelolaan yaitu 88,9%, sedangkan tingkat keberhasilan hutan desa yaitu 51%. Secara umum, Hutan Rakyat Widya Sari memiliki tingkat keberlanjutan pengelolaan hutan lebih tinggi yaitu 71%, dibandingkan dengan tingkat keberlanjutan pengelolaan Hutan Desa Wanagiri yaitu 54,4%. Tingkat keberlanjutan pengelolaan di kedua hutan ini dikategorikan cukup berkelanjutan (51-75%). Strategi utama yang dirumuskan untuk meningkatkan keberlanjutan pengelolaan Hutan Desa Wanagiri yaitu menata kelembagaan dengan merancang peraturan hutan desa yang mengadopsi hukum adat dan bekerja sama dengan kepala desa adat serta ekstensifikasi produk hutan bukan kayu dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati. Adapun strategi utama yang dirumuskan untuk meningkatkan keberlanjutan pengelolaan Hutan Rakyat Widya Sari yaitu memberikan tambahan nilai (added value) terhadap produk hutan rakyat untuk meningkatkan harga dan jangkauan pasar serta meningkatkan akses pasar dan mengurangi kesenjangan pendapatan dengan membentuk organisasi berbadan hukum dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada.