digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-COVER.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan

2019_TA_PP_LIKA_NAFILA_NOVARA_1-BAB_6.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan


Peningkatan jumlah sampah saat ini tidak diikuti dengan ketersediaan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga dibutuhkan proses pengolahan yang tepat untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Selain itu, pembuangan lumpur tinja secara langsung (tanpa pengolahan) ke lingkungan dapat menimbulkan permasalahan, seperti timbulnya organisme penyebab penyakit, bau, dan menurunnya kualitas air tanah. Dengan menerapkan pola 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), maka diharapkan limbah berkurang dari sumbernya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberjalanan kegiatan 3R pada pengelolaan sampah dan lumpur tangki septik, mengetahui manfaat dari kegiatan 3R di wilayah studi, dan menghitung potensi biogas dan biofertilizer yang dihasilkan dari pencampuran sampah organik dan lumpur tinja tangki septik di Kota Bandung. Metoda cost-benefit analysis digunakan untuk melihat apakah kegiatan 3R berjalan dengan efektif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa keberjalanan kegiatan 3R pada pengelolaan sampah dan lumpur tangki septik Kota Bandung masih belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan oleh Tempat Penampungan Sementara (TPS) 3R dan tangki septik komunal yang sudah tidak berfungsi lagi. Selain itu, biaya untuk pengelolaan sampah masih memakan biaya yang sangat besar, terutama biaya untuk pengangkutan sampah. Namun, bila dilakukan suatu upaya dengan mengolah seluruh sampah organik di Kota Bandung, maka biaya pengangkutan sampah dapat direduksi sebesar 84,33% atau Rp89.030.801.014,00/tahun. Lalu, manfaat yang didapat dari kegiatan 3R di wilayah studi adalah reduksi limbah padat, reduksi biaya transportasi sampah, peningkatan kualitas lingkungan, keuntungan finansial, potensi sumber energi terbarukan, dan sebagai wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Dari hasil penelitian, Kelurahan Karang Anyar mendapatkan manfaat paling besar dari kegiatan bank sampah dan pembuatan kerajinan tangan. Manfaat yang didapat yaitu adanya pemasukan keuangan, peningkatan interaksi positif antar masyarakat, dan pengurangan volume sampah. Untuk potensi biogas yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik, Kota Bandung memiliki potensi produksi biogas sebesar 636 m3/hari, volume gas metana 254,4 m3/hari, dan potensi energi listrik sebesar 2.388,82 kWh/hari. Untuk potensi pemasukan dari biogas dan biofertilizer hasil pencampuran sampah organik dan lumpur tinja septic tank, Kota Bandung memiliki potensi produksi biogas sebesar 644,29 m3/hari, total pemasukan sebesar Rp222.453.661,42/tahun dari biogas dan Rp203.859.000,00/hari dari biofertilizer.