2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-COVER.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-BAB_6.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_DWI_PURWANINGSIH_1-DAFTAR_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
Tingginya permintaan masyarakat membuat banyaknya depot air minum isi ulang
bermunculan tanpa ada pengawasan. Saat ini, pemeriksaan kualitas air minum
hanya pada produk akhir saja. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Points
dinilai efektif untuk menjamin keamanan produk pangan. Pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas sanitasi produk air minum isi ulang pada
sistem penyedian air minum depot dengan mengidentifikasi keberadaan bakteri
koliform dan E.Coli menggunakan metode Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) di 4
titik. Hasil analisis mikrobiologi sampel air menunjukkan 27 depot (79%) di
Kecamatan Babakan Ciparay tercemar bakteri koliform. Sedangkan pencemaran
E.Coli terjadi pada 14 depot (47%). Hasil anova menunjukkan nilai signifikan
pada variable total bakteri koliform dan E.Coli pada keseluruhan depot adalah
0,009 dan 0,025 (lebih kecil dari 0,05) sehingga data jumlah bakteri pada sampel
yang terambil yang diperoleh dari uji laboratorium konsisten dan rangkaian proses
produksi tidak berpengaruh terhadap penurunan jumlah bakteri, hal ini
membuktikan bahwa adanya pengaruh higiene dan sanitasi dari lingkungan
produksi. Dari hasil laboratorium dan penilaian kelayakan higiene sanitasi dapat
ditentukan titik kendali kritis (CCP) yang menjadi perhatian khusus dalam
meningkatkan kualitas produk adalah pada sumber air baku, proses pencucian, air
yang sudah melewati proses desinfeksi dan pewadahan. Sehingga proses ini perlu
adanya pengendalian dengan menetapkan tindakan koreksi pada tiap proses air
minum isi ulang.