digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Setiap keragaman biotik memiliki nilai intrinsik yaitu nilai entitas yang tidak tergantung dari lingkungan eksternal maupun nilainya bagi manusia dan dinilai berdasarkan kualitas inheren entitas tersebut. Estimasi nilai intrinsik badak Jawa penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan kegagalan pasar dan “under value” serta untuk menjaga agar spesies tersebut tidak punah. Penelitian ini bertujuan untuk : (i) mengkarakterisasi komponen penyusun nilai intrinsik badak Jawa; (ii) merumuskan formula perhitungan dan mengestimasi nilai intrinsik badak Jawa dalam kerangka nilai ekonomi total; (iii) menganalisis viabilitas populasi badak Jawa; (iv) mengevaluasi kesesuaian kriteria IUCN dalam penentuan status konservasi spesies untuk populasi tunggal dan endemik badak Jawa; (v) merumuskan formula dan estimasi biaya konservasi badak Jawa sebagai dasar pengelolaan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Desember 2015 pada empat lokasi konsentrasi (Cibandawoh, Cikeusik, Citadahan dan Cigenter) sebaran badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon, Taman Nasional Ujung Kulon. Nilai intrinsik badak Jawa dirumuskan dengan formula matematis berdasarkan karakteristik intrinsiknya dan estimasi besarnya dengan menggunakan beberapa metode (metode biaya pengadaan yang merupakan modifikasi dari metode biaya perjalanan, metode metode biaya rehabilitasi, metode biaya substitusi/harga pengganti dan metode biaya preventif). Analisis viabilitas populasi dilakukan dengan mengidentifikasi persyaratan kelangsungan hidup, ancaman yang dihadapi dan mengevaluasi kemungkinan populasi badak Jawa akan bertahan untuk waktu yang akan datang dengan menggunakan software Vortex 9.99 c. Evaluasi kesesuaian kriteria IUCN dalam penentuan status spesies untuk populasi lokal Badak Jawa (Rhinnoceros sondaicus) dilakukan dengan metode observasi dan referensi. Nilai intrinsik badak Jawa diformulasikan sebagai fungsi dari nilai intrinsik habitat, nilai intrinsik pertumbuhan populasi dan nilai intrinsik genetik. Nilai intrinsik habitat diestimasi sebesar Rp 49.317.679.806,-, nilai intrinsik pertumbuhan populasi badak Jawa sebesar Rp 19.237.643.510,-, nilai intrinsik genetik sebesar Rp 72.069.268.500,-. Nilai intrinsik badak Jawa pada saat penelitian (tahun 2015) diperoleh sebesar Rp 140.624.591.816,- ? US$ 10.502.426, sementara nilai sekarang dari nilai intrinsik badak Jawa (dengan tingkat suku bunga pemerintah jangka panjang 6%//tahun) diperoleh sebesar Rp. 2.314.094.671.230,- ? US$ 172.809.698. Beberapa faktor yang dibutuhkan oleh badak Jawa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yaitu ketersediaan tumbuhan pakan yang mencukupi, ketinggian tempat yang relatif sedang, kelerengan lahan yang relatif datar (0-8%), ketersediaan air dan garam mineral yang mencukupi, kubangan dan faktor-faktor reproduksi. Badak jawa menghadapi ancaman baik terhadap populasinya maupun habitatnya. Ancaman terhadap populasi berupa ancaman penyakit, tekanan inbreeding, pertumbuhan populasi kecil, persaingan dengan banteng dan perburuan. Pada sisi lain, ancaman terhadap habitat berupa invasi tumbuhan langkap, bencana alam (letusan gunung berapi) dan ketersediaan habitat yang terbatas. Populasi badak Jawa yang dimodelkan mengalami penurunan setelah 50 tahun pada seluruh skenario kombinasi resiko ancaman. Resiko kepunahan pada tingkat invasi langkap 2% dan kombinasi invasi langkap 2% dengan penyakit setelah 50 tahun rendah, tetapi kemudian meningkat setelah bencana letusan gunung berapi (PE=0.014) dan tekanan inbreeding 9.00 LEs dimasukkan dalam skenario (PE=0.014). Kriteria IUCN yang digunakan untuk penetapan status spesies sangat terancam punah yang meliputi penurunan ukuran populasi, rentang geografis, jumlah individu dewasa dan analisis kuantitatif harus dikoreksi dengan memasukkan faktor genetik secara eksplisit dan nilai intrinsik dalam proses penetapan status spesies. Nilai intrinsik, viabilitas populasi dan resiko kepunahan badak Jawa harus diperhitungkan dalam penentuan biaya konservasi. Untuk menjamin keberlangsungan manajemen konservasi badak Jawa yang berkelanjutan, besarnya biaya konservasi minimal sama dengan nilai intrinsik spesies tersebut.