digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Rumput gajah merupakan salah satu tanaman berlignoselulosa yang berpotensi untuk dijadikan bioetanol, karena produktifitas yang cukup tinggi dan waktu pemanenan yang relatif cepat. Tetapi, kendala tanaman berlignoselulosa untuk diolah menjadi bioetanol adalah kandungan lignin yang tinggi dan struktur lignin yang berbeda-beda tiap tanaman. Lignin dapat menghambat proses terakses nya selulosa dan hemiselulosa oleh agen hayati untuk diolah menjadi bioetanol. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan dan optimalisasi proses pretreatment dengan tujuan mendegradasi lignin dan mempertahankan nilai dari selulosa tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan antara pretreatment biologis dan pretreatment alkali yang lebih optimal dalam mendegradasi lignin. Kapur (Ca(OH)2) dengan konsentrasi 0,05, 0,1, dan 0,5 gram/gram substrat ditambahkan ke dalam substrat rumput gajah dengan ukuran sekitar 2 mm, didiamkan pada suhu sekitar 23-25 oC dengan variasi waktu 6, 24, dan 96 jam. Agen pretreatment biologis berupa jamur Aspergillus niger diinkubasi juga dengan variasi konsentrasi 106, 107, dan 108 sel/mL pada substrat rumput gajah dengan suhu optimal yaitu 35oC dan variasi waktu 1, 3, 5, 7, dan 9 hari. Agen pretreatment biologis lain berupa jamur Phanerochaete chrysosporium juga diinkubasi dengan kondisi optimal dan digunakan sebagai pembanding untuk jamur Aspergillus niger yaitu dengan konsentrasi 106 dengan suhu 35oC selama 28 hari. Setelah itu, rumput gajah yang telah dipretreatment diuji kandungan lignoselulosa, yaitu HWS, Hemiselulosa, selulosa, lignin, dan abu, dengan menggunakan metode chesson datta dan pengujian gula reduksi. Perbandingan pretreatment biologis antara jamur Aspergillus niger dengan jamur Phanerochaete chrysosporium, ditunjukkan bahwa jamur Aspergillus niger lebih baik dalam mendegradasi lignin dengan parameter lignin terhadap selulosa sebesar 24.3 % lebih kecil dibandingkan jamur Phanerochaete chrysosporium sebesar 30.645%. Setelah itu pretreatment biologis menggunakan jamur Aspergillus niger dibandingkan dengan pretreatment Alkali (Ca(OH)2) untuk mendapatkan pretreatment yang paling optimal dan didapatkan hasil bahwa pretreatment biologis dengan jamur Aspergillus niger lebih optimal dengan parameter utama yaitu rasio lignin terhadap selulosa.