2018 TS PP SITI ULFAH NURHASANAH 20515037 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_COVER.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_BAB1.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_BAB2.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_BAB3.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_BAB4.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_BAB5.pdf
PUBLIC Latifa Noor 2018_TS_PP_SITI_ULFAH_NURHASANAH_1-_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Latifa Noor
Tanaman ciplukan dengan nama lain cecenet atau cecendet (Sunda), ceplukan
(Jawa), nyurnyuran (Madura), dan kopok-kopokan (Bali), merupakan tanaman liar
yang biasa tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan tidak tergenang air. Pada
umumnya kebanyakan masyarakat hanya memandang sebelah mata dengan
tanaman ciplukan ini karena dianggap sebagai tanaman gulma (pengganggu
tanaman lain). Padahal tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
bahkan dapat digunakan untuk obat tradisional. Ciplukan termasuk ke dalam
genus Physalis yang merupakan bagian dari famili Solanaceae yang memiliki
kandungan kimia berupa senyawa yang memiliki struktur C28-steroidal lakton.
Tanaman ciplukan ini terdiri dari sekitar 120 spesies dan memiliki ciri yang unik,
yaitu memiliki kantung yang menyelubungi buah dan mengembang seiring
dengan pertumbuhan buah. Salah satu spesies ciplukan yang diteliti dalam
penelitian ini adalah Physalis minima Linn.
Serbuk kering herba Physalis minima Linn sebanyak 1,5 kg diperoleh dari UPT
Materia Medica Batu – Malang. Isolasi metabolit sekunder yang dilakukan
meliputi ekstraksi herba Physalis minima Linn menggunakan pelarut metanol
selama 3 x 24 jam dimana dilakukan penggantian pelarut setiap 24 jamnya.
Pemisahan dan pemurnian metabolit sekundernya melalui beberapa teknik
kromatografi yang meliputi kromatografi cair vakum, kromatografi kolom
gravitasi, dan kromatografi radial. Kromatografi cair vakum dilakukan dengan
menggunakan silika gel Merck 60 GF254 sebagai fasa diamnya dan pelarut nheksan
: etil asetat : metanol secara bergradien sebagai fasa geraknya sehingga
diperoleh 26 fraksi yang kemudian dicek menggunakan KLT di bawah sinar UV
λ254 dan pereaksi penampak noda. Kromatografi kolom gravitasi dilakukan
sebagai lanjutan dari hasil fraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum
dimana digunakan silika gel Merck 60 ukuran 35-70 mesh sebagai fasa diamnya
dan menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat sebagai fasa geraknya.
Kromatografi radial dilakukan sebagai pemurnian dari hasil kromatografi kolom
gravitasi. Karakterisasi senyawa murni hasil isolasi dilakukan berdasarkan analisis
data titik leleh, FTIR, NMR 1D (1H-NMR menggunakan pelarut CDCL3 yang
beroperasi pada frekuensi 500 MHz dan 13C-NMR menggunakan pelarut CDCL3
yang beroperasi pada frekuensi 125 MHz) dan NMR 2D (HSQC dan HMBC).
Dari ekstrak metanol herba Physalis minima Linn telah berhasil diisolasi dua
senyawa murni turunan steroidal lakton, yaitu senyawa nicandrenone dan
nicandrenone-2 dimana kedua senyawa ini belum pernah ditemukan sebelumnya
pada tumbuhan Physalis minima Linn (Solanaceae) maupun pada genus Physalis
lainnya. Kedua senyawa ini baru ditemukan pada tanaman Nicandra physalodes
(Solanaceae) dari Brazil.