digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tanaman ciplukan dengan nama lain cecenet atau cecendet (Sunda), ceplukan (Jawa), nyurnyuran (Madura), dan kopok-kopokan (Bali), merupakan tanaman liar yang biasa tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan tidak tergenang air. Pada umumnya kebanyakan masyarakat hanya memandang sebelah mata dengan tanaman ciplukan ini karena dianggap sebagai tanaman gulma (pengganggu tanaman lain). Padahal tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak bahkan dapat digunakan untuk obat tradisional. Ciplukan termasuk ke dalam genus Physalis yang merupakan bagian dari famili Solanaceae yang memiliki kandungan kimia berupa senyawa yang memiliki struktur C28-steroidal lakton. Tanaman ciplukan ini terdiri dari sekitar 120 spesies dan memiliki ciri yang unik, yaitu memiliki kantung yang menyelubungi buah dan mengembang seiring dengan pertumbuhan buah. Salah satu spesies ciplukan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Physalis minima Linn. Serbuk kering herba Physalis minima Linn sebanyak 1,5 kg diperoleh dari UPT Materia Medica Batu – Malang. Isolasi metabolit sekunder yang dilakukan meliputi ekstraksi herba Physalis minima Linn menggunakan pelarut metanol selama 3 x 24 jam dimana dilakukan penggantian pelarut setiap 24 jamnya. Pemisahan dan pemurnian metabolit sekundernya melalui beberapa teknik kromatografi yang meliputi kromatografi cair vakum, kromatografi kolom gravitasi, dan kromatografi radial. Kromatografi cair vakum dilakukan dengan menggunakan silika gel Merck 60 GF254 sebagai fasa diamnya dan pelarut nheksan : etil asetat : metanol secara bergradien sebagai fasa geraknya sehingga diperoleh 26 fraksi yang kemudian dicek menggunakan KLT di bawah sinar UV λ254 dan pereaksi penampak noda. Kromatografi kolom gravitasi dilakukan sebagai lanjutan dari hasil fraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum dimana digunakan silika gel Merck 60 ukuran 35-70 mesh sebagai fasa diamnya dan menggunakan pelarut n-heksan : etil asetat sebagai fasa geraknya. Kromatografi radial dilakukan sebagai pemurnian dari hasil kromatografi kolom gravitasi. Karakterisasi senyawa murni hasil isolasi dilakukan berdasarkan analisis data titik leleh, FTIR, NMR 1D (1H-NMR menggunakan pelarut CDCL3 yang beroperasi pada frekuensi 500 MHz dan 13C-NMR menggunakan pelarut CDCL3 yang beroperasi pada frekuensi 125 MHz) dan NMR 2D (HSQC dan HMBC). Dari ekstrak metanol herba Physalis minima Linn telah berhasil diisolasi dua senyawa murni turunan steroidal lakton, yaitu senyawa nicandrenone dan nicandrenone-2 dimana kedua senyawa ini belum pernah ditemukan sebelumnya pada tumbuhan Physalis minima Linn (Solanaceae) maupun pada genus Physalis lainnya. Kedua senyawa ini baru ditemukan pada tanaman Nicandra physalodes (Solanaceae) dari Brazil.