digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perusahaan-perusahaan di Indonesia sejak tahun 1987 tidak bergantung lagi pada pendanaan dari sumber tradisional (Perbankan), karena mendapatkan pilihan penawaran investasi lain yang lebih menarik. Perusahaan-perusahaan lebih tertarik untuk memanfaatkan dana dari bursa efek berdasarkan perkembangan pasar modal yang menjanjikan dan mempunyai prospek yang lebih baik. Dalam melaksanakan kegiatan investasi, selalu dihadapkan pada dua hal yaitu tingkat keuntungan / pengembalian dan juga risiko yang mungkin timbul akibat adanya ketidakpastian. Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa saham – saham perusahaan yang terdaftar di dalam indeks LQ45 periode 2008 – 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah : Mempelajari dan menganalisa pergerakan harga saham yang terdaftar di dalam indeks LQ45 periode 2008 – 2018, menganalisa dan mengidentifikasi pola investasi yang paling baik di dalam indeks LQ45, dan pada akhirnya mampu memberikan rekomendasi kepada para investor, strategi investasi yang paling baik di dalam indeks LQ45. Penelitian dilakukan dengan mensimulasikan 3 strategi, yaitu Grouping Strategy, Top Pick Strategy dan juga Bottom Pick Strategy. Grouping Strategy dilakukan dengan cara mengelompokkan saham – saham pada indeks LQ45, Top Pick Strategy dilakukan dengan cara memilih saham paling atas pada setiap groupnya, dan Bottom Pick Strategy dilakukan dengan cara memilih saham paling bawah pada setiap groupnya. Berdasar hasil analisa indeks LQ45 periode 2008 – 2018, maka didapatkan saham yang memberikan tingkat pengembalian (Rate of return) yang paling tinggi adalah saham pada dasar (Bottom) group A dengan periode jeda 6 bulan, yaitu sebesar 790.76%. Sedangkan saham dengan rasio Sharpe yang paling tinggi dan standar deviasi yang rendah adalah saham group C dengan periode jeda 12 bulan, dimana untuk setiap penambahan 1% risiko yang ditanggung, tambahan tingkat pengembalian yang didapatkan adalah sebesar 1.062%. Pada akhirnya, semuanya dikembalikan kepada karakter masing – masing investor, apakah ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan risiko yang tinggi juga (Risk taker), atau ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang sudah memperhitungkan risiko yang ada (Risk averter).