digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian di berbagai negara telah mengidentifikasikan adanya hubungan infrastruktur jalan yang dikembangkan oleh iRAP (International Road Assessment Programme) dengan tingkat kecelakaan. Star Rating infrastruktur jalan menunjukan pemeringkatan terhadap seberapa baiknya kinerja infrastruktur jalan baik, dan suatu program untuk menilai keselamatan jalan yang berlaku secara internasional. Namun di negara berkembang seperti Indonesia, program tersebut belum pernah dilakukan dan angka kecelakaan lalu-lintas masih sangat tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau penerapan IRAP menggunakan kendaraan survei (Hawkeye) yang terdiri dari perangkat keras (mobil yang dilengkapi dengan beberapa kamera, GPS, komputer, dan lainnya) dan perangkat lunak (video kondisi jalan) yang memiliki fungsi untuk melakukan audit keselamatan jalan. Kemudian, pola hubungan antara tingkat keselamatan lalu-lintas jalan raya yang diwakili oleh tingkat kecelakaan, dan kondisi jalan yang diwakili oleh star rating dan RPS (Road Protection Score) dengan tingkat detail 100 (seratus) meter segmen jalan. Analisis regresi digunakan untuk mengidentifikasi hubungan tersebut dengan nilai R2 (koefisien determinasi) yang menujukan besarnya pengaruh perubahan variansi star rating dan RPS terhadap perubahan variansi angka kecelakaan. Studi kasus dilakukan di jalan nasional Provinsi Jawa Timur ruas Mantingan (Bts. Provinsi Jateng) – Bts. Kota Ngawi untuk jalan sepanjang 32,20 Km. Hasil analisis hubungan RPS dengan jumlah dan tingkat kecelakaan dari ke-empat pengguna jalan tersebut memiliki nilai R2 (r-squared) yang sangat rendah yang berarti bahwa variansi dari tingkat kecelakaan kurang dipengaruhi oleh perubahan RPS dan tidak terdapat satupun nilai probabilitas (sig. F) yang menunjukkan hasil yang signifikan atau berpengaruh. Walaupun, menggunakan IRAP sebagai inspeksi keselamatan jalan, dapat diketahui bahwa kuantifikasi permasalahan keselamatan untuk menentukan tingkat keselamatan suatu ruas jalan atau suatu lokasi dapat dilakukan secara cepat dan objektif, tetapi perubahan jumlah kejadian kecelakaan dan tingkat kecelakaan tidak mengikuti perubahan star rating atau RPS, serta tidak memiliki korelasi yang kuat dan tidak terdapat satupun yang menunjukkan hasil yang signifikan atau berpengaruh. Hal ini berbeda dengan hasil di negara maju, dimungkinkan karena data kecelakaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya 1 (satu) tahun, dan kondisi yang berlaku di Indonesia berbeda, seperti standar desain atau kondisi lalu lintas, termasuk pola penggunaan perilaku pengemudi, pengendara sepeda dan pejalan kaki, serta komposisi kendaraan.