digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Seismic gap merupakan zona yang berada di daerah dengan aktivitas seismik yang relatif kecil pada periode yang panjang, sehingga dapat terjadi akumulasi energi yang sangat besar. Zona ini ditemukan juga di Indonesia, salah satunya di lepas pantai selatan Jawa yang membentang dari Pangandaran hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Tercatat hanya terjadi 2 gempa yang membangkitkan tsunami di zona ini : Tsunami Banyuwangi dengan Mw = 7,8 pada 1994 dan Tsunami Pangandaran dengan Mw = 7,7 pada 2006. Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di daerah pesisir Yogyakarta yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Simulasi yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini berfokus pada simulasi pembangkitan dan penjalaran tsunami oleh gempa bumi menggunakan model Cornell Multi – grid Coupled Tsunami (COMCOT) v.1.7 menggunakan data batimetri GEBCO (General Bathymetric Chart of the Oceans) resolusi 30’’ (900 m) dan data topografi DSM (Digital Surface Model) TerraSAR – X resolusi 9 m. Penelitian ini mengambil daerah kajian di pesisir bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) menggunakan model gempa hipotetik patahan tunggal dengan tiga skenario magnitudo Mw : 7,7, 8,1, dan 8,5. Tsunami tiba di pantai Kulon Progo pada rentang waktu 35,32 – 42,57 menit setelah terjadinya gempa dengan tinggi maksimum tsunami pada masing – masing skenario bervariasi yakni 1,9 – 2,46 m untuk Mw = 7,7; 3,4 – 3,64 m untuk Mw = 8,1; dan 8,02 – 9,4 m untuk Mw = 8,5. Jarak terjauh rendaman di desa Banaran merupakan yang terbesar yakni berkisar 2,35 – 4,93 km. Jarak terjauh tsunami yang merendam bandara sejauh 1,26 km dari garis pantai Kulon Progo. Luas rendaman di daerah tapak bandara NYIA mampu mencapai 2,064 km2 dan kedalaman rendaman hingga 8,15 m berdasarkan skenario terburuk, yaitu Mw = 8,5.