digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu tantangan dalam pengembangan kegiatan pariwisata adalah kondisi wilayah yang rawan terhadap bencana. Tetapi, bencana tidak hanya memberikan dampak negatif, adapun pengaruh positif dari bencana seperti munculnya potensi wisata baru. Namun apabila tidak didukung dengan perencanaan yang baik, bahaya alam yang ada sewaktu-waktu dapat berubah menjadi bencana dan dapat mengancam masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Kota Banda Aceh merupakan salah satu daerah yang terkena musibah bencana gempa bumi dan tsunami 2004. Pasca tsunami, muncul beberapa obyek wisata yang menarik masyarakat untuk berkunjung. Meskipun telah ada upaya mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah, namun rencana manajemen destinasi wisata dengan rencana penanggulangan bencana belum terintegrasi secara efektif. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana dan pemahaman terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana khususnya di kawasan wisata menjadikan kawasan tersebut rentan terhadap bencana. Untuk itu, diperlukan kajian terkait faktor keselamatan pada kawasan wisata, khususnya wisata tsunami yang merupakan potensi wisata baru di Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor keselamatan (safety) untuk pengembangan kawasan wisata tsunami Kota Banda Aceh. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan kerentanan manusia untuk melihat kemampuan masyarakat untuk mengurangi kerentanan diri dengan menilai pengetahuan yang dimiliki dan siklus manajemen bencana dan menggunakan metode analisis statistik deskriptif serta analisis korelasi untuk mengkaji hubungan pengetahuan kesiapsiagaan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan keselamatan. Berdasarkan analisis diketahui bahwa keberadaan informasi mengenai tindakan yang dilakukan apabila terjadi bencana sangat diperlukan baik bagi wisatawan maupun masyarakat lokal. Upaya peningkatan pengetahuan umum bencana tsunami juga salah satu hal penting dalam menjamin keselamatan dan kesiapsiagaan kawasan wisata dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Selain itu, diperoleh temuan bahwa antusias wisatawan dalam mengikuti kegiatan tsunami drill cukup tinggi, namun hal tersebut terhalangi oleh kendala perbedaan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan pengetahuan masyarakat pada kawasan wisata tsunami khususnya terkait kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Banda Aceh dalam merencanakan pengembanagan kawasan wisata, khususnya kawasan wisata tsunami yang berada di kawasan rawan bencana.