Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL merupakan suatu sistem yang digunakan masyarakat dalam mengolah air limbah rumah tangga yang dihasilkan. Pendirian IPAL didasarkan atas kebutuhan masyarakat dalam mengolah air limbah secara offsite, yaitu pengolahan air limbah terpusat. Pengolahan ini dilakukan agar tidak mencemari badan air dan tidak menghambat saluran drainase yang dilalui oleh air limbah tersebut.
Namun pada sistem pengolahan masih terdapat alga yang tumbuh pada setiap kolam dan menyebabkan eutrofikasi sehingga kualitas air limbah menjadi terganggu dan sistem berjalan tidak optimal. Perlu adanya penyisihan nutrien pada awal sistem pengolahan dengan penambahan kolam anaerob pada sistem pengolahan dengan optimasi unit pengolahan lain nya untuk mencapai target 30% pelayanan masyarakat kota Surakarta yang dilayani IPAL Mojosongo. Penambahan bak desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang dapat mencemari lingkungan serta dapat membunuh alga yang masih lolos dari sistem pengolahan dengan dosis klor yang tepat.
Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur menggunakan data sekunder dari instansi terkait dan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Data yang dianalisis antara lain proses pengolahan di IPAL Mojosongo, Surakarta dan data kualitas air limbah pada setiap unit eksisting. Kota Surakarta memiliki tiga instalasi pengolahan air limbah, yang melayani bagian utara Kota Surakarta, bagian selatan Kota Surakarta, dan bagian tengah Kota Surakarta. IPAL Mojosongo merupakan instalasi pengolahan air limbah yang melayani bagian utara Kota Surakarta dengan melayani 5.606 sambungan rumah, IPAL Mojosongo ini telah menampung air limbah dengan kapasitas pengaliran 50 liter per detik. Sistem pengolahan IPAL ini menggunakan aerated facultative lagoon yang terdiri dari bak pengendap awal, dua aerated lagoon yang dipenuhi dengan alga, aerated lagoon, bak sedimentasi yang dipenuhi dengan alga dengan pertumbuhan alga terbanyak, dan sludge drying bed. Dari kelima bak tersebut, ditinjau permasalahan yang terjadi dalam pengolahannya seperti kualitas efluen yang tidak memenuhi standar baku mutu ataupun dimensi kolam yang tidak memenuhi kriteria desain untuk menurunkan kadar nutrien agar tidak terbentuk eutrofikasi.