digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar dengan peningkatan penduduk yang cukup pesat. Hal ini akan berakibat terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih yang bergantung terhadap cadangan airtanah maupun air permukaan. Dampak lain dari peningkatan jumlah penduduk adalah perubahan tata guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan lahan pemukiman dan fasilitas umum, sehingga akan mengurangi jumlah resapan air. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap neraca airtanah daerah penelitian. Data hidrogeokimia berdasarkan pada conto mata air, digunakan dalam penentuan sistem aliran airtanah, sedangkan perhitungan neraca airtanah adalah dengan menggunakan metode F.J. Mock (1973) dalam waktu tahun 2010-2013. Berdasarkan dari hasil analisis hidrogeokimia, sistem aliran airtanah pada daerah penelitian adalah sistem aliran airtanah lokal yang dibuktikan dengan nilai TDS yang rendah, tipe airtanah didominasi oleh ion bikarbonat, dan umur air yang muda (7-11 tahun) dengan nilai konduktivitas hidrolik sebesar 7.76 x 10-8 - 2.64 x 10-7 m/s, serta termasuk pada lapisan akuitar berupa breksi vulkanik. Terdapat anomali dari nilai TDS dan isotop dimungkinkan terjadi oleh adanya lapisan kedap air bawah permukaan, yang nantinya akan dibuktikan dengan hasil analisis data geolistrik. Perhitungan neraca air dari tahun 2010 - 2013 pada daerah penelitian menunjukkan adanya peningkatan run off yang berimplikasi pada penurunan grounwater storage sehingga terjadi pengurangan daerah resapan airtanah dan terjadi peningkatan runoff yang mencapai 25,78% dalam kurun waktu 2010 - 2013.