PENENTUAN KEBUTUHAN TIMBUNAN TAMBAHAN UNTUK KONSTRUKSI DIATAS LEMPUNG LUNAK, NASUHI ZAIN, 1998, Program Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. Timbunan pada tanah lunak akan turun dan akan mencapai suatu batas penurunan yang besarnya tergantung pada beban timbunan itu sendiri. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu batas penurunan dapat dipercepat dengan memberikan suatu timbunan tambahan (embankment surcharge) dimana bila besar batas penurunan telah tercapai, maka tambahan timbunan tersebut harus diangkat untuk menghindari penurunan yang lebih besar. Prosedur untuk menentukan tinggi tambahan timbunan yang diperlukan telah diusulkan oleh Lea dan Branner (1959). Di Program Magister STJR-ITB telah dilakukan penelitian mengenai pemodelan penurunan timbunan diatas tanah lunak pada beberapa tahun ini. Program komputer KON2-D (KONsolidasi 2-Dimensi) pertama-tama dikembangkan oleh Nangoi (1987) mengunakan analisa numerik finite difference berdasarkan pada teori Terzaghi-Rendulic dengan pembebanan bertahap. Program ini selanjutnya dikembangkan oleh Riyanto (1988), Tanjiria {1991), Suaryana (1992) dan Haryanti (1994). Studi yang dilakukan pada tesis ini adalah melakukan modifikasi pada program KON2-D untuk dapat menghitung tinggi timbunan tambahan dengan suatu proses iterasi. Modifikasi program ini diberi nama KON2D-DSN (KONsolidasi 2-Dimensi untuk DeSaiN). Untuk melakukan pengujian program, dipilih konstruksi timbunan diatas lapisan tanah kompresible dengan ketebalan 30 meter pada Sta. 37+045 di jalan toll Padalarang-Cileunyi sebagai studi kasus. Versi KON2-D yang paling terakhir dari Haryanti 1994 (KON2D-ANT) digunakan untuk mengestimasi waktu yang diperlukan untuk mencapai 97% konsolidasi dengan koefisien konsolidasi yang direkomendasikan oleh Haryanti dimana hasil estimasinya adalah sebesar 1500 hari. Tinggi level timbunan diatas, dari tanah dasar setingi 2.00 m. Hasil perhitungan dari program KON2DDSN menunjukan bahwa untuk waktu preloading sebesar 180 hari diperluakan tinggi timbunan sebesar 2.56 m dan tinggi timbunan tambahan sebesar 2.44. Hal ini sedikit berbeda dari perencanaan yang ada dimana tinggi timbunan sebesar 3.00 m dan tinggi timbunan tambahan sebesar 2.00 m. Tinggi timbunan tambahan dan waktu yang diperluakan untuk preloading tergantung pada disipasi kelebihan tekanan air pori. Disipasi ini dapat dipercepat dengan memperbesar tinggi timbunan tambahan atau dengan pengunaan drainase vertikal
Perpustakaan Digital ITB