digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan material berbahan dasar plastik, polimer, dan tekstil pada era modern ini semakin meningkat seperti pada bahan bangunan dan konstruksi, otomotif, listrik dan elektronik. Penggunaan material ini memiliki beberapa kelebihan seperti sifatnya yang ringan dan tahan korosi, namun juga memiliki kekurangan yaitu memiliki sifat mudah terbakar khususnya pada temperatur yang tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan material pencegah kebakaran yang dicampurkan pada bahan-bahan tersebut. Menurut data Global Industry Perspective, Comprehensive Analysis, and Forecast 2014-2020, kebutuhan flame retardant mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2014 dan diperkirakan meningkat hingga tahun 2020. Jika dibandingkan dengan material flame retardant lainnya seperti Al(OH)3, Mg(OH)2 memiliki temperatur dekomposisi yang lebih tinggi yaitu 330°C. Magnesium hidroksida ini dapat disintesis dari mineral yang mengandung magnesium yang tinggi, seperti dolomit. Potensi cadangan dolomit di Indonesia yang tinggi masih belum dimanfaatkan secara optimal. Pada penelitian ini dipelajari perilaku pelindian mineral dolomit dengan asam sulfat dan presipitasi Mg(OH)2 dengan netralisasi menggunakan NaOH untuk mendapatkan presipitat sebagai bahan baku flame reatrdant. Sintesis Mg(OH)2 dilakukan pertama-tama dengan melarutkan magnesium dan kalsium dalam larutan asam sulfat secara simultan. Pengukuran konsentrasi magnesium dan kalsium terlarut dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Serangkaian percobaan pelindian dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi asam sulfat, temperatur, nisbah solid/likuid (S/L), ukuran partikel dolomit, dan waktu pelindian terhadap persen ekstraksi magnesium. Selanjutnya, larutan hasil pelindian tersebut dipresipitasi secara kimia dengan NaOH sebagai neutralizing agent untuk diperoleh endapan Mg(OH)2 dengan kemurnian tertentu. Percobaan presipitasi dilakukan pada 200 ml larutan hasil pelindian dolomit dalam 2M asam sulfat pada variasi pH, temperatur, dan perlakuan ultrasonik untuk mempelajari pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap persen presipitasi Mg(OH)2. Selanjutnya, dilakukan karakterisasi produk Mg(OH)2 untuk menentukan kadar dan morfologi presipitat serta kesesuaiannya untuk digunakan sebagai pada material flame retardant. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen ekstraksi magnesium terbaik yaitu 98,8% diperoleh pada kosentrasi H2SO4 4M, temperatur 25°C, nisbah S/L 100 (g/L) dan kecepatan pengadukan 300 rpm dalam waktu 10 menit. Presipitasi Mg(OH)2 tertinggi yaitu 97,63% diperoleh dengan penambahan NaOH 16M sebanyak 50 ml, temperatur 25°C, dan kecepatan pengadukan 1000 rpm. Kadar magnesium dan kalsium dalam presipitat berturut-turut adalah 96,97% dan 0,08%. Pengotor utama dalam presipitat Mg(OH)2 adalah garam sodium sulfat dengan kadar 2,87%. Hasil analisis presipitat menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa senyawa utama dalam presipitat yang diperoleh adalah Mg(OH)2. Presipitat yang terbentuk belum memenuhi syarat kemurnian untuk digunakan sebagai material untuk flame retardant.