digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP M. HADI SAPUTRA_COVER.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Rd. Lenny Fatimah N., Dra

2018 TS PP M. HADI SAPUTRA_ABSTRAK.pdf
PUBLIC Open In Flipbook Rd. Lenny Fatimah N., Dra

Dampak dari perubahan iklim ditunjukkan oleh perubahan ekosistem seperti di perairan, tanah dan kawasan hutan. Hutan sebagai ekosistem daratan terbesar merasakan dampak perubahan iklim berupa perubahan suhu dan curah hujan. Perubahan iklim serta penggunaan dan tutupan lahan mempengaruhi area yang sesuai bagi distribusi tanaman dalam batasan tertentu. Styrax sumatrana sebagai salah satu spesies pohon yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi di wilayah Sumatra Utara telah terancam oleh perubahan iklim serta aktivitas manusia. Spesies ini telah lama dibudidayakan di kebun kemenyan sebagai penghasilan utama bagi para petani di Sumatera Utara. Pemerintah menggunakan spesies ini sebagai pohon potensial untuk program rehabilitasi dan reboisasi karena keunggulan produk non-kayu yang ramah lingkungan. Kondisi lingkungan dan distribusi dari spesies ini perlu ditangani untuk mendukung program rehabilitasi dan reboisasi di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel lingkungan yang berkontribusi terhadap distribusi Styrax sumatrana di wilayah Sumatera Utara dan memperkirakan distribusi potensi masa depan dengan mempertimbangkan skenario perubahan iklim serta penggunaan dan perubahan tutupan lahan. Empat model dan dua skenario dari CMIP5 digunakan dalam penelitian ini dilanjutkan dengan model perubahan penggunaan dan tutupan lahan untuk memprediksi distribusi Styrax sumatrana pada tahun 2050 dan 2070. Keempat model tersebut adalah CCSM4, CNRM-CM5, MIROC5, dan MRI-CGCM3. Dua skenario yang digunakan adalah skenario moderat RCP 4.5 dan skenario ekstrim RCP 8.5. Model Maximum Entropy (MaxEnt) menghasilkan distribusi potensial saat ini dan masa depan dengan menggunakan 63 data lokasi Styrax sumatrana sebagai sampel dan bioklimatik, biofisik, dan antropogenik sebagai data lingkungan. Variabel bioklimatik terdiri dari 19unit dan disajikan dalam kondisi sekarang dan masa depan. Variabel biofisik yaitu ketinggian, kelerengan, arah lereng dan jenis tanah digunakan sebagai input untuk MaxEnt. Faktor antropogenik diwakili oleh LULC yang dibagi menjadi 12 kategori dan diprediksi menggunakan Artificial-Neural-Network berbasis Cellular Automata (ANN-CA) model untuk menghasilkan proyeksi masa depan. Hasil penelitian menunjukkan suhu rata-rata dari kuartal terdingin memberikan kontribusi yang tertinggi pada model, diikuti oleh ketinggian dan penggunaan dan perubahan tutupan lahan. Styrax sumatrana memiliki peluang lebih tinggi untuk terdistribusi pada ketinggian di atas 600 m, dengan suhu di bawah 23oC serta pada lokasi semak belukar; kebun dan sawah; hutan alam dan hutan tanaman; dan perkebunan. Area yang sesuai pada tahun 2050 berkurang menjadi 3,87% dan turun menjadi 3,54% pada 2070 untuk skenario RCP4,5. Skenario RCP8,5 menunjukkan area yang sesuai di bawah 3,04% dan turun menjadi 1,36% berurutan pada tahun 2050 dan 2070. Perubahan dalam penggunaan dan tutupan lahan menunjukkan distribusi pohon dalam klasifikasi hutan alam dan hutan tanaman akan berkurang sementara yang terdekat dengan semak belukar, kebun, dan sawah akan meningkatkan peluang distribusi bagi Styrax sumatrana dengan peningkatan yang tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil tersebut, pemerintah perlu melestarikan taman kemenyan yang telah lama dibudidayakan dikarenakan pentingnya spesies tersebut sebagai pendapatan utama bagi para petani. Selain itu, Styrax sumatrana perlu dilindungi dengan mengalokasikan ruang untuk kawasan konservasi (sebagian besar di bagian utara dan dataran tinggi). Berdasarkan prediksi perubahan lahan pada tahun 2050 dan 2070, penting bagi pemerintah untuk mengurangi konversi lahan dan deforestasi. Penghijauan menggunakan Styrax sumatrana sebagai pohon potensial perlu diantisipasi karena peluang sebaran daerah yang sesuai untuk jenis tersebut rendah di masa depan.