digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Arus Lintas Indonesia (Arlindo) membawa massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia melalui perairan Indonesia. Transpor terbesar Arlindo adalah yang melewati Selat Makassar. Batimetri dan morfologi di sepanjang daerah pertemuan Selat Makassar dan Selat Lombok sangat beragam dan memungkinkan terjadinya turbulensi massa air. Turbulensi memiliki pengaruh signifikan pada keseimbangan bahang dan dinamika arus ekuator. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai variasi turbulensi yang terjadi di daerah pertemuan Selat Makassar dan Selat Lombok yang dipengaruhi oleh Arlindo berdasarkan parameter Brunt Vaisala dan bilangan Richardson. Turbulensi di daerah Selat Makassar hingga Selat Lombok dikaji dengan melakukan perhitungan kestabilan kolom air (Brunt Vaisala) dan bilangan Richardson rata-rata bulanan pada tahun 2010-2014 menggunakan hasil simulasi model baroklinik HAMburg Shelf Ocean Model (HAMSOM) dengan grid 1/10o x 1/10o dan 39 layer untuk perairan Indonesia dari 11oLU – 12oLS dan 92,5oBT – 132oBT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolom air di sepanjang daerah kajian adalah stabil dan menguat (melemah) saat musim timur (musim barat). Menguat dan melemahnya kestabilan kolom air dipengaruhi oleh masukan massa air yang melewati daerah kajian. Saat musim timur, massa air yang melewati timur Laut Jawa, utara Selat Lombok, dan barat Laut Flores didominasi oleh massa air yang berdensitas tinggi sehingga mampu mendistorsi profil massa air. Sedangkan berdasarkan bilangan Richardson, turbulensi kuat terjadi saat musim timur dan melemah pada musim barat di timur Laut Jawa, utara Selat Lombok, dan barat Laut Flores. Hal ini terjadi karena saat musim timur terdapat transpor kuat yang bergerak dari Laut Flores ke arah barat. Kemudian pada daerah selatan Selat Makassar terdapat transpor Arlindo yang selalu kuat saat bulan Januari dan menyebabkan turbulensi kuat di seluruh daerah transek. Turbulensi di bagian selatan Selat Makassar dan bagian barat Laut Flores lebih dipengaruhi oleh fenomena IOD dengan korelasi sebesar -0,37 dan -0,15. Hal ini terlihat jelas ketika DM negatif terjadi pada musim barat yang menjadikan nilai kestabilan kolom air meningkat dan turbulensi melemah dari rata-ratanya selama 5 tahun. Sebaliknya, saat DM positif terjadi pada musim timur, nilai kestabilan kolom air melemah dan turbulensi meningkat dari rata-ratanya selama 5 tahun. Kemudian pada bagian utara Selat Lombok dan bagian timur Laut Jawa, turbulensi lebih dipengaruhi oleh variabilitas musiman yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar -0,53 dan -0,63. Turbulensi yang terjadi di sepanjang daerah kajian lebih dominan diakibatkan oleh shear kecepatan arus vertikal yang meningkat (menurun) seiring dengan transpor Arlindo yang menguat (melemah).