digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air asam tambang (AAT) dapat terbentuk ketika besi sulfida tertentu teroksidasi dan bereaksi dengan air. Kemunculan AAT pasca dilakukan aktivitas pertambangan sulit dideteksi karena adanya waktu tunggu (lag time), sehingga diperlukan waktu yang lama untuk dapat memantau dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan menjadi salah satu opsi untuk mempercepat proses oksidasi mineral besi sulfida, salah satunya mineral pirit yang dapat berpotensi membentuk air asam tambang, dengan menggunakan agen biologis Thiobacillus ferrooxidans. Efisiensi oksidasi mineral pirit ditentukan dengan adanya ion Fe3+ dalam EPS Thiobacillus ferrooxidans. Upaya peningkatan ion Fe3+ dalam EPS dilakukan dengan mengadaptasi Thiobacillus ferrooxidans dan menambahkan galaktosa pada medium tumbuh yang digunakan. Dalam penlitian ini, overburden PAF PT Adaro Indonesia kategori LC dan MC dikarakterisasi awal dengan uji XRF, XRD, Geokimia Statik, dan SEM. Perlakuan penyemprotan bakteri (A) dan bakteri dengan penambahan galaktosa (G) pada overburden LC dan MC dilakukan dengan metode bioaugmentasi dan biostimulasi selama 30 hari dengan menggunakan sistem Free Draining Leach Column Test. Air lindian yang muncul diukur pH dan konsentrasi ion Fe2+ dan SO42-. Hasil uji kinetik perlakuan A bioaugmentasi, nilai pH overburden PAF LC dan MC mencapai nilai NAGpH dalam waktu 1 hari dan 9 hari. Pada perlakuan biostimulasi, nilai pH PAF LC perlakuan A dan G mencapai nilai NAGpH dalam waktu 2 hari, sementara untuk nilai pH PAF MC dari keseluruhan perlakuan tidak ada yang mencapai nilai NAGpH. Laju oksidasi ion Fe2+ dan SO42-, lebih cepat dengan perlakuan G, baik metode biostimulasi dan bioaugmentasi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan (A) dengan metode bioaugmentasi menghasilkan nilai pH mendekati nilai NAGpH. Perlakuan (G) lebih cepat dalam menurunkan ion Fe2+ dan SO42- air lindian, baik dengan metode biostimulasi maupun bioaugmentasi.