Lapangan E yang terletak di Laut Jawa, telah menjadi target eksplorasi sejak ditemukannya sumur eksplorasi E-1 pada tahun 1969 dan telah diproduksi sejak tahun 1971. Hidrokarbon yang diproduksi umumnya berasal dari Formasi Cibulakan Atas yang memiliki periode umur Oligosen sampai Miosen Tengah. Sejak tahun 2001, Lapangan E telah diklasifikasikan sebagai lapangan matang dan produksi lapangan ini telah mengalami penurunan/natural decline production sehingga perlu dilakukan aktivitas injeksi air pada reservoir-reservoir yang ada dalam lapangan E untuk dapat meningkatkan produksi. Aktivitas injeksi air di lapangan E ini akan difokuskan pada beberapa reservoir batupasir Formasi Cibulakan Atas, yakni salah satunya adalah Zona E-22. Pemahaman geologi mengenai detail fasies formasi yang bertindak sebagai reservoir sangat diperlukan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan aktivitas injeksi air. Dengan melakukan analisis arsitektural fasies diharapkan mampu menjelaskan karakter fasies di Zona E-22 dan menghasikan model pengendapan sehingga dapat mengidentifikasi konektivitas reservoirnya. Untuk mengidentifikasi model lingkungan pengendapan Zona E-22 Formasi Cibulakan Atas di Lapangan E, digunakan data utama yang terdiri dari data sumur, data seismik, dan data batuan inti. Analisa litofasies menggunakan pengamatan data batuan inti menunjukkan terdapat lima fasies di Zona E-22 Lapangan E, yaitu fasies batulempung berlaminasi (Fl), fasies batupasir berstruktur silang siur planar atau tabular (Sp), fasies batupasir berlaminasi sejajar atau horizontal atau tidak berstruktur (Sl), fasies batupasir berlaminasi sejajar atau sudut kecil (Sh), dan fasies batupasir berstruktur laminasi dan deformasi (Sd). Kombinasi kelima fasies tersebut membentuk pola perulangan penyusun arsitektural fasies yang diasosiasikan sebagai sand bar (SB) dan lowstand sand bar (LSB). Analisis pola elektrofasies yang dikompilasikan dengan analisis seismik menunjukkan bahwa Asosiasi Fasies SB merupakan transgresif shoreline dan Lapangan E diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Rekonstruksi geologi pada saat pengendapan Zona E-22 di Lapangan E menunjukkan bahwa Zona E-22 diendapkan pada saat terjadi kenaikan muka air laut dan diendapkan shelf ridge dengan sumbu axis north north east-south south west. Penurunan muka air laut secara bertahap setelahnya, menyebabkan forced regression, dan terbentuklah endapan low stand dari barat ke timur.