digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kondisi yang baik dari perkerasan dapat dinilai dari seberapa parah kerusakan fungsional dan struktural yang terjadi pada perkerasan. Salah satu jenis kerusakan yang dapat terjadi adalah pengelupasan lapisan perkerasan jalan yang seringkali terjadi pada lokasi-lokasi tertentu, misalnya pada lokasi pengereman kendaraan. Pengelupasan ini dapat disebabkan akibat lemahnya daya ikat (bonding) antar lapis perkerasan. Beberapa peneliti meyakini bahwa jenis kerusakan ini terjadi karena tingginya tegangan horizontal serta kurangnya adhesi dan bonding pada interface antar lapisan beraspal.Penelitian yang ekstensif telah dilakukan di lapangan terhadap kinerja material perkerasan. Namun sedikit sekali penelitian mengenai kondisi bonding antar lapis perkerasan beraspal serta kaitannya terhadap umur perkerasan. Saat ini, sebagian besar desain perkerasan lentur jalan mengasumsikan daya lekat yang sangat kuat (full bond) terjadi antar lapis perkerasan. Sedangkan pada kenyataannya,kondisi bonding yang terjadi berada pada kondisi daya lekat sangat kuat (full adhesion) hingga kondisi tidak ada daya lekat sama sekali (zero adhesion), tergantung properti material dan kualitas konstruksinya.Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi bonding terhadap respon struktur perkerasan yang terjadi. Terdapat beberapa program analisis struktur perkerasan yang telah lama beredar, salah satunya adalah BISAR. Salah satu keunggulan program ini dibandingkan program analisis sejenis adalah kemampuannya untuk memasukkan nilai Shear Compliance (AK) sebagai input dalam analisis tegangan regangan perkerasan multilapis. Nilai ini erat kaitannya dengan nilai Modulus Geser (Ks) yang menyatakan kondisi bonding pada interface.Terjadi kecenderungan penurunan nilai respon tegangan, regangan, dan defleksi pada interface dengan nilai Modulus Geser (Ks) yang lebih tinggi. Pada struktur perkerasan yang lebih tebal, variasi Modulus Geser (Ks) semakin tidak berpengaruh terhadap respon struktur. Untuk meningkatkan nilai Ks, dapat digunakan tack coat dan prime coat dengan daya lekat tinggi sehingga akan didapat tebal lapis aspal yang lebih tipis.Pada lokasi-lokasi dimana gaya horizontal terjadi, terjadi peningkatan respon regangan tarik.Sehingga pada lokasi-lokasi tersebut, misalnya lokasi pengereman atau tikungan, dibutuhkan lapis aspal yang lebih tebal dan variabel gaya horizontal sebaiknya digunakan dalam desain pada lokasilokasi tersebut.Nilai kapasitas struktur pada ruas lokasi studi meningkat pada kondisi bonding semakin baik (nilai Ks yang lebih tinggi) di interface antara lapis AC-WC dengan AC-BC. Dengan membandingkan kriteria kerusakan yang sama pada dua kondisi bonding, terjadi reduksi umur sisa hingga hampir 50% dengan aplikasi kondisi partial bonding pada interface.