digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Waduk wonogiri yang selesai dibangun pada tahun 1980 berkurang kapasitasnya karena sedimentasi. Diantara 6 sub DAS di hulu waduk, sub DAS Keduang yang paling banyak menyumbang sedimen ke waduk. Untuk itu Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo membangun closure dike untuk menampung dan mengalirkan sedimen dari sungai keduang agar tidak ke waduk utama. Dengan dibangunnya closure dike maka waduk menjadi 2 bagian yang diantaranya adalah tampungan sedimen dan tampungan utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak konstruksi closure dike, overflow dike dan spillway yang baru terhadap pola operasi dalam memenuhi kebutuhan air baku dan listrik yang optimal. Metode optimasi operasi waduk yang digunakan di tahun basah, normal dan kering ada 4 macam yaitu maximize annual firm yield, maximize annual firm energy, minimize total square water shortage, minimize total square energy shortage. Optimasi dan simulasi dilakukan dengan dan tanpa pengoperasian spillway yang baru yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan kondisi sebelum pembangunan closure dike. Hasilnya waduk mampu memenuhi kebutuhan air di tahun basah dan normal tapi tidak di tahun kering. Lengkung batas normal atas yang paling sesuai di tahun basah adalah hasil optimasi dengan maximize annual firm energy, sedangkan di tahun normal adalah dengan minimize total square energy shortage dan di tahun kering adalah dengan maximize annual firm yield. Defisit air naik di tahun kering dari 3 bulan menjadi 4 bulan lamanya jika spillway yang baru dioperasikan. Hasil simulasi dan optimasi ketika sesudah dibangunnya closure dike lebih baik dalam memenuhi kebutuhan air dibandingkan sebelum dibangun closure dike. Produksi listrik pada waktu tanpa pengoperasian spillway yang baru lebih besar dibandingkan dengan pengoperasian.