SIFAT - SIFAT PEMADATAN DAN KEKUATAN CBR CAMPURAN GRANIT PULAU KARIMUN DENGAN ABU TERBANG SURALAYA, Teddy Erwanto, 1992, Program Studi Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pendidikan Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. Pada saat ini, pembuatan jalan penghubung sebagai prasarana ekplorasi minyak yang dilaksanakan oleh LASMO di propinsi Riau, Sumatra, menggunakan bate granit pecah yang diangkut dari pulau Karimun ke bagian timur. Telah di pertimbangkan berbagai macam kemungkinan untuk menurunkan biaya pembangunan jalan tanpa penurunan kemampuan yang berarti dari mutu konstruksi jalan itu sendiri, termasuk pertimbangan penggunaan pulverised fuel ash (PFA) atau biasa disebut abu terbang sebagai bahan pengganti (sebagian), yang merupakan sasaran dari penelitian / studi ini. Abu terbang diperoleh dari Stasiun Pembangkit Tenaga Listrik Suralaya, dimana batu baranya diperoleh dari Bukit Asam di Sumatra. Setelah dilakukan kiasifikasi awal, kemudian dicampur dengan granit pecah pulau Karimun dalam beberapa proporsi kemudian pada beberapa campuran ini dilakukan sejumlah percobaan termasuk grading, berat jenis, pemadatan standar maupun modified dan percobaan kekuatan CBR. Berbagai pengaruh seperti penundaan pemadatan setelah pencampuran awal, perendaman dan waktu peram juga dievaluasi. Berat isi kering maksimum campuran diperoleh pada kadar abu terbang 5 %, dimana jumlah abu terbang sesuai dan mengisi ruang pori, penambahan jumlah abu terbang melebihi jumlah tersebut diatas akan menggantikan granit dalam campuran dengan jumlah yang lebih besar dan akan mengakibatkan penurunan pada nilai berat isi kering maksimum. Kadar air optimum dalam hal ini adalah 6.5 % . Campuran dengan nilai. CBR terbesar diperoleh pada kadar PFA 15 % , dengar, minimal waktu peram selama 14 hari, dimana abu terbang menunjukan sifat pozzolanic yang menguntungkan. Usaha pemadatan yang lebih berat, yaitu modified dibandingkan dengan alat pemadat standar, menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi. Perendaman selama 4 hari mengakibatkan penurunan kekuatan. Terdapat sedikit perbedaan kekuatan yang diperoleh dengan menggunakan Cara B atau D dari standar percobaan yang digunakan, penundaan (selama 24 jam) dalam pemadatan setelah pencampuran awal ternyata tidak diperoleh suatu gejala yang cukup berarti pada nilai CBR. Kenaikan jumlah pukulan dalam prosedur pemadatan mengakibatkan kenaikan nilai CBR dan berat isi kering.