digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses fisika terbentuknya tanah dan batuan vulkanik serta kaitannya dengan bahan bangunan dan kesuburan. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi literatur, eksperimendan observasi lapangan. Adapun yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah kondisi geografis Indonesia yang berada di zona subduksi sehingga menjadikan wilayah ini tanahnya subur dan kaya akan bahan tambang. Tumbukan pada zona subduksi menyebabkan retaknya beberapa bagian kerak bumi dan menimbulkan magma baru yang bergerak naik menuju permukaan bumi. Magma ini terus bergerak naik menerobos retakan-retakan tersebut sehingga terbentuklah batuan beku dan kerucut-kerucut gunung api. Ketika erupsi, magma berubah menjadi material vulkanik yang mengendap dan mengalami pelapukan sehingga terbentuklah berbagai jenis batuan. Awan panas yang mengendap di lereng dan terkena hujan akan mengalami sederetan reaksi kimia hingga akhirnya terbentuk garam. Di dalam garam ini terdapat unsur-unsur hara yang tersedia bagi tumbuhan.Hasil analisis kimia tanah vulkanik Papandayan menunjukkan bahwa tanah ini mengandung unsur N yang sangat rendah, unsur P yang sangat tinggi dan unsur K yang tergolong rendah. Rendahnya kandungan unsur N dan K dikarenakan kedua unsur ini mudah mengalami pencucian. Walaupun begitu, tekstur tanah vulkanik memiliki porositas yang baik sehingga menjamin ketersediaan udara dan air bagi pertumbuhan tanaman. Selain untuk kesuburan, berbagai material vulkanik juga bermanfaat untuk pembuatan bahan bangunan, seperti bata merah, semen, batako dan paving blok. Awan panas yang mengendap memiliki sifat seperti semen. Berdasarkan hasil eksperimen, diperoleh kesimpulan bahwa pada campuran antara abu vulkanik dan air akan menghasilkan adukan seperti beton (bersifat keras). Penambahan kapur tohor pada campuran ini meningkatkan tingkat kekerasan adukan dengan skala Mohs antara 2,5 – 5,5. Oleh karena itu, proses pembuatan semen merupakan proses meniru kejadian erupsi. Semen dapat dianalogikan sebagai upaya mengantongi awan panas yang sudah dingin, dengan terlebih dahulu memanaskan dan membuatnya menjadi tepung.