digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fajar Ciptandi_37014005.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Tuban di Jawa Timur, Indonesia memiliki periwayatan sejarah yang panjang. Sejak abad ke-11 Tuban telah memerankan sebagai pelabuhan perdagangan kuno antara kawasan dunia “barat” dan “timur”, sehingga turut mengalami penerimaan kebudayaan-kebudayaan asing. Perkembangan yang melibatkan adanya hubungan-hubungan antarbangsa itu tentunya berpengaruh terhadap wujud-wujud kebudayaan fisik di Tuban. Dari sekian banyak tradisi dan kebudayaan yang berkembang tersebut, tradisi membuat kain merupakan salah satunya. Wujud kebudayaan fisik Tuban berupa kain batik dan tenun gedog memiliki karakteristik yang khas disebabkan adanya kekhususan pengetahuan tradisional masyarakat Tuban dalam hal proses pembuatan, fungsi, cara pemakaian, serta nilai-nilai dan makna yang bersifat filosofis yang terkandung pada setiap lembaran kain tersebut. Faktanya kini tradisi kain di Tuban tengah mengalami pergeseran, antara lain : 1) melemahnya penghayatan atas nilai dan makna filosofis di kalangan masyarakat, 2) semakin besar jumlah pengrajin tenun gedog yang meninggalkan keterampilan menenun, 3) perubahan-perubahan pada segi estetis dengan hadirnya berbagai pencorakan motif baru yang tidak bersumber dari inspirasi tradisional, 4) fungsi dan cara pemakaian kain sebagai sayut dan jarit yang semakin kehilangan eksistensinya. Menghadapi kondisi tersebut, upaya dalam mempertahankan eksistensi dan vitalitas tradisi tidak cukup dilakukan dengan cara-cara konservatif dengan melindungi tradisi agar tidak mengalami perubahan pada bentuk orijinalnya saja, melainkan dapat pula dilakukan dengan cara-cara meningkatkan tradisi melalui berbagai inovasi. Hal ini dalam teori evolusionis memetic dijelaskan bahwa sebuah kebudayaan tradisi dapat tetap hidup dari dulu hingga sekarang bukan satu-satunya disebabkan karena masih terus mereplikasi nilai-nilai dan ide yang ada pada tradisi tersebut saja, melainkan karena tradisi tersebut juga melakukan perubahan dalam rangka beradaptasi mempertahankan dirinya di tengah perubahan-perubahan yang sangat cepat. Metode penelitian diawali dengan strategi pemahaman untuk memahami apa saja unsur-unsur penting yang melatarbelakangi penciptaan sebuah kain untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan strategi inovasi. Selanjutnya strategi tersebut diimpelentasikan kepada masyarakat dengan pendekatan teori difusi inovasi melibatkan masyarakat penenun dan pembatik di Tuban secara langsung untuk sekaligus mengukur tingkat kesiapan dalam menerima perubahan. Wujud inovasi pada kain batik dan tenun gedog khas Tuban tetap merepresentasikan identitas tradisi dengan mengalami pengembangan pada desain struktur tenun gedog yang baru dan menghasilkan berbagai variasi tekstur pada permukaan kainnya, kolaborasi dengan teknologi menciptakan beragam motif batik yang baru, dan pengembangan fungsi produk yang tidak lagi sebatas sayut dan jarit, melainkan telah mampu bertansformasi menjadi busana hasil kreasi desainer.