Tingginya tingkat perkembangan bisnis di industri konstruksi menuntut para
kontraktor utama untuk meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai target
keuntungan perusahaan. Data laporan tahunan 2013-2016 dari PT. Wijaya Karya
(Persero), Tbk selaku pelaku dibisnis industri konstruksi, menunjukkan bahwa
presentase kontrak pengadaaan barang dan jasa adalah rata-rata 71 % dari penjualan
perusahaan yang diakui oleh pemilik pekerjaan. Data tersebut menunjukkan salah satu
hal yang mempunyai peranan penting dalam mendukung hal tersebut adalah proses
pengadaan, baik proses penyedia barang maupun penyedia jasa (subkontraktor). Pada
proyek konstruksi khususnya jenis proyek EPC, pengadaan barang memiliki bobot
besar pada proses pengadaan secara keseluruhan
Untuk itu, kriteria penilaian dan pembobotan dalam pemilihan pemasok barang yang
tepat sesuai dengan biaya, mutu dan waktu merupakan hal yang sangat penting.
Pemasok barang yang kompetitif dalam segi waktu, biaya, hubungan kerja sama dan
fleksibilitas menjadi faktor dalam kinerja proyek. Adapun saat ini di PT WIKA
pembobotan pemilihan pemasok barang masih menggunakan kriteria yang sama
dengan pemilihan pemasok jasa dan juga pembobtan dilakukan dalam kriteria yang
sama dan tidak disesuai dengan kategori barang yang kaan digunakan
Penelitian penelitian sebelumnya telah mengungkapkan kriteria apa yang berpengaruh
dalam pemilihan pemasok tetapi nelum mengidentifikasi bobot kriteria berdasarkan
dari klasifikasi atau kategori barang yang akan dibeli. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengembangan model kriteria pemilihan pemasok dan pembobotannya berdasarkan
klasifikasi atau kategori yang sudan dilakukan pada penelitan sebelumnya oleh
Penelitian ini khususnya dilakukan pada Proyek PLTMG di PT Wijaya Karya ( PT
WIKA )
Proyek akhir ini memberikan usulan kriteria , subkriteria serta indikator penilaian serta
bobot pada setiap indikator tersebut yang sebelumnya telah ada pada model existing
sistem penilaian untuk pemilihan pemasok barang dan jasa di PT. WIKA.
Pengembangan model existing tersebut nantinya diperoleh dari beberapa model
penelitian terdahulu tentang proses seleksi dan pemilihan pemasok barang , yang
dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama mengembangkan model konseptual
dengan menghasilkan dimensi dan elemen (subkriteria), lalu tahap kedua dengan
mengembangkan bobot untuk masing masing kriteria, subkriteria dan indikator untuk
masing masing kategori barang , yaitu (Strategis, Leverage, Bottleneck, dan Non-
Critical. Dalam menentukan bobot tersebut dilakukan perhitungan menggunakan
proses Analytic Hierarchy Process (AHP).
Hasil dari proyek akhir ini didapat 8 (delapan) pengembangan Kriteria, 25 (dua puluh
lima) pengembangan Subkriteria , dan 75 (tujuh puluh lima) pengembangan indikator,
yang mempunyai bobot penilaian masing – masing kategori barang ( Strategis,
Leverage, Bottleneck, dan Non-Critical. Bobot untuk setiap kriteria, subrkriteria dan
indikator dalam penelitian ini berbeda beda tergantung pada kategori barang yang akan
di beli. Bobot Kriteria untuk setiap kategori ialah sebagai berikut Kriteria Total Biaya
Pengadaan berurutan Strategis, Leverage, Bottleneck dan Non-Crtical ( 23%,17%,23%
dan 21 % ), Kriteria Tingkat Inovasi ( 6 %,8%,5 %, dan 7 % ), Kriteria Sustainability
( 7%, 7%, 6%, 7 % ) , Kriteria Performansi Pengiriman ( 11 %, 14 %, 16 % da, 15 %
) , Kriteria Performansi Pelayanan ( 11%, 12 %,12% dan 11 %) , Kriteria Kualitas
Produk ( 27%,24%,20% dan 21% ) , Kriteria Hubungan Kerja Sama ( 7%, 8 %,an 9
% ) , Kriteria Tingkat Fleksibilitas ( 8%,10%,9% dan 9 % ). Diharapkan hasil dari
penelitian akan membuat proyek PLTMG di PT WIKA dapat mencapai target biaya ,
mutu dan waktu.