digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA CHRISTOFORUS KURNIAWAN (NIM : 12514064)
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Proses pengolahan yang umum dilakukan untuk bijih nikel laterit berkadar rendah adalah melalui jalur hidrometalurgi. Metode yang sudah proven diaplikasikan di industri adalah HPAL (High Pressure Acid Leaching). Metode ini memiliki kelemahan dalam hal biaya investasi yang tinggi dan biaya perawatan yang tinggi akibat korosi dan scaling. Metode lain yang belum diaplikasi di industri adalah AL (Atmospheric Agitation Leaching) yang biaya investasinya lebih murah dan pengoperasiannya relatif lebih mudah. Kelemahan metode AL ini adalah pelindian tidak selektif terhadap besi yang mengakibatkan besi ikut terlarut. Pemisahan besi dari larutan hasil pelindian mengakibatkan adanya kehilangan nikel yang meningkat dengan meningkatnya pH larutan. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pemisahan besi dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit berkadar rendah dengan oksidasi menggunakan beberapa jenis oksidator yaitu ozon, oksigen dan udara. Larutan awal hasil pelindian didapatkan dari proses pelindian dengan H2SO4 2M dengan suhu 95oC selama 8 jam, nisbah padat/cair 100 gram/L, fraksi ukuran bijih -65+100#. Sebelum dilakukan proses pemisahan besi, larutan hasil pelindian dioksidasi menggunakan ozon selama 1 jam dengan laju injeksi oksigen sebesar 2 lpm. Pemisahan besi dilakukan dengan dua metode yaitu metode suhu tetap dan suhu berubah. Pada metode suhu tetap yaitu dengan pH 2, suhu 95oC selama 180 menit dipelajari pengaruh laju injeksi oksigen sebagai bahan baku ozon, dan pengaruh oksidator lain yaitu oksigen dan aerasi terhadap persen presipitasi besi dan persentase nikel yang ikut mengendap. Pada metode suhu berubah yaitu tahap awal pH 1,9 pada suhu 90oC selama 30 menit lalu suhu diturunkan menjadi 700C, pH 3,5 selama 30 menit dipelajari pengaruh pH akhir, waktu akhir presipitasi dan nisbah padat/cair. Karakterisasi presipitat dipelajari dengan analisis XRD masing-masing untuk percobaan presipitasi besi dengan ozon, oksigen dan aerasi sebagai oksidator. Hasil percobaan menunjukan bahwa kondisi terbaik proses presipitasi besi diperoleh pada percobaan dengan menggunakan ozon dengan suhu berubah pada variasi pH akhir 3 dimana persen presipitasi besi sebesar 99,85% dengan kehilangan nikel sebesar 6,28%. Penggunaan ozon memberikan persen presipitasi besi dan co-presipitasi nikel yang lebih baik dengan metode suhu tetap yaitu 99,54% dan 7,15% dibandingkan dengan oksigen dan aerasi yang memberikan persen presipitasi besi dan co-presipitasi nikel masing-masing 96,7% dan 9,04% serta 87,55% dan 9,12 %. Hasil analisis XRD untuk oksidator udara dan oksigen menghasilkan jenis presipitat besi yang berbeda dengan presipitat besi dari percobaan dengan ozon. Untuk percobaan menggunakan oksigen dan aerasi diperoleh presipitat besi berupa hydronium jarosite, sementara percobaan menggunakan ozon menghasilkan presipitat besi berupa goethite.