digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sistem Light Rail Transit (LRT) Palembang merupakan sistem transportasi yang membawa penumpang dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga OPI. Jalur keseluruhan LRT berjarak 23,5 km, dimana berada 12-17 meter di atas permukaan tanah. Sementara itu, Palembang memiliki kerapatan petir yang cukup tinggi, dimana angin monsoon berasal dari utara selama musim hujan. LRT Palembang juga berlokasi di sepanjang garis ekuatorial dan memiliki karakteristik petir tropis. Kerapatan sambaran petir (Lightning Flash Density) di Palembang mencapai 10-15 sambaran/km2/tahun. Dengan kondisi itu, rolling stock menjadi easy target bagi sambaran langsung petir. Di beberapa lokasi viaduct, terdapat menara BTS serta struktur tinggi lain di sekitarnya sehingga rentan terhadap sambaran tidak langsung petir. Hal ini tentunya dapat membahayakan penumpang serta peralatan pada sistem LRT. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis mengenai sistem proteksi petir yang tepat untuk diterapkan pada sistem LRT Palembang. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode bola gelinding. Hasilnya adalah penggunaan Extended Mast Terminal atau Free Standing Mast dengan air terminal Early Streamer Emission memiliki coverage area yang lebih besar dari air terminal konvensional. Down conductor yang digunakan adalah double shielded down dan single shielded Alumunium tape. Sistem grounding yang digunakan adalah grounding grid, dengan grounding viaduct yang dilakukan setiap pier dan terhubung ke grounding grid. Hal ini dikarenakan pada tahap pembangunan sistem LRT tidak mempertimbangkan penggunaan grounding fondasi yang merupakan grounding petir terbaik saat ini, sehingga diperlukan penambahan down conductor ke sistem grounding. Kemudian, di sepanjang viaduct masih terdapat risiko sambaran langsung yang dapat membahayakan peralatan serta manusia, sehingga di sepanjang viaduct disarankan menggunakan overhead ground wire untuk meningkatkan kehandalan sistem proteksi petir.