digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abu batubara merupakan limbah B-3 yang sering digunakan sebagai salah satu bahan baku di industri konblok, Kampung Jati, Margaasih, Kab. Bandung. Penggunaan abu batubara sebagai salah satu bahan baku proses produksi diketahui dapat menyebabkan gangguan fungsi paru terhadap pekerjanya seperti bahaya pneumoconiosis dan kanker (disebabkan oleh logam berat yang terkandung didalamnya). Kegiatan proses produksi di kawasan industri konblok Kampung Jati menggunakan bahan baku abu batubara, semen, dan pasir yang berpontensi menghasilkan partikulat. Partikulat dihasilkan dari proses penimbunan bahan baku, bongkar muat bahan baku, penggilingan, pencampuran dan proses pencetakan. Partikulat tersebut dapat terdispersi diudara dan berpotensi memajani para pekerja. Pajanan partikulat pada konsentrasi rendah dengan waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru seperti restriksi, obstruksi atau campuran keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko pekerja di kawasan industri konblok, Kampung Jati, Margaasih, Kab. Bandung dalam hal keterpajanan terhadap partikulat terespirasi dengan gangguan fungsi paru yang diderita para responden. Penelitian ini merupakan penelitian analitik epidemiologi dengan menggunakan metode cross-sectional. Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini adalah sebanyak 46 responden yang terbagi kedalam 25 responden terpajan dan 21 responden tidak terpajan. Partikulat terespirasi diukur menggunakan personal sampler sedangkan kapasitas paru responden (FEV1.0) menggunakan spirometer. Rata-rata berat partikulat terespirasi di kawasan industri konblok, Kampung Jati, Margaasih, Kab. Bandung untuk responden terpajan adalah sebesar 1,082 mg/m3 sedangkan responden tidak terpajan sebesar 0,314 mg/m3. Nilai rata-rata Hazard Index pajanan partikulat terespirasi pada kelompok responden terpajan adalah sebesar 0,360 sedangkan responden tidak terpajan adalah sebesar 0,105. Kelompok responden terpajan memiliki risiko untuk mengalami gangguan fungsi paru sebesar 4,6 kali lebih besar daripada kelompok responden tidak terpajan.