digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keselamatan transportasi menjadi hal yang penting dalam sebuah perencanaan pembangunan di bidang transportasi khususnya transportasi laut. Pengaruh faktor alam salah satunya gelombang laut harusnya menjadi fokus untuk dikaji dalam perencanan transportasi laut. Studi bertujuan mengetahui daerah yang berbahaya terhadap pengoperasian kapal tunda di Perairan Indonesia berdasarkan tinggi gelombang. Studi ini dilakukan dengan melakukan pemodelan penjalaran gelombang laut menggunakan SWAN (Simulating Wave Nearshore) sehingga didapatkan tinggi gelombang signifikan. Data yang digunakan adalah data batimetri serta data angin dari tanggal 1 Desember 2015 hingga 30 November 2016. Selain itu, untuk menunjang perhitungan tinggi gelombang yang aman bagi kapal tunda digunakan data panjang kapal (Lpp/LOD) dari beberapa kapal dari PT. Pelabuhan Indonesia sebagai sampel untuk masing-masing ukuran sesuai gross tonnage. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam simulasi ini didapatkan bahwa variasi gelombang yang terjadi di perairan Indonesia sangat terikat dengan siklus angin monsun. Pola variasi rataan tinggi gelombang signifikan di sebagian besar wilayah perairan Indonesia puncaknya terjadi di periode Desember, Januari, dan Februari (DJF) serta periode Juni, Juli, dan Agustus (JJA). Selanjutnya, tinggi gelombang yang aman untuk pengoperasian kapal tunda di perairan Indonesia adalah 1,2 meter untuk kapal tunda dengan ukuran dibawah 200 GT selanjutnya 1,4 meter untuk kapal tunda dengan ukuran 200 GT – 300 GT dan 1,6 meter untuk kapal tunda dengan ukuran 300 GT. Berdasarkan frekuensi kejadian yang ditinjau di beberapa titik didapatkan bahwa perairan barat Sumatra dan perairan selatan Jawa mempunyai tingkat kerawanan yang paling tinggi yaitu mencapai 80%. Selain itu, berdasarkan batas tinggi gelombang aman dan tinggi gelombang maksimum didapatkan bahwa daerah yang berbahaya untuk pengoperasian semua jenis kapal tunda pada setiap musim adalah perairan barat Sumatra dan Selat Sunda bagian selatan di wilayah ALKI I, perairan selatan Jawa hingga Bali di wilayah ALKI II, serta Laut Sawu, perairan selatan NTT, Laut Arafura, perairan Kepulauan Sermata, perairan Kepulauan Tanimbar di wilayah ALKI III.