digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Blok Duyungmeliputi area seluas 4.640 kilometer persegi dan keseluruhan area berlokasi di lepas pantai Natuna dengan kedalaman air (water depth) berkisar antara 60-100 m. Secara geologis, Blok Duyung merupakan bagian dari Cekungan Natuna Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Conrad Petroleum (V) Ltd., berupa: data sumur di dekat area penelitian, data seismik 2D dan data seismik 3D. Area penelitian merupakan area Seismik 3D bagian dari Blok Duyung dengan luas sekitar 412 kilometer persegi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stratigrafi endapan lisu di Blok Duyung dengan memahami penyebaran dan fasies seismik pada interval lisu untuk kemudian dibuat distribusi reservoir yang terdapat di area tersebut. Peta fasies seismik dibuat berdasarkan analisis seismik geomorfologi menggunakan metoda sayatan strata (stratal slice) dengan menampilkan atribut seismik CWT (Continuous Wavelet Transform). Berdasarkan korelasi litostratigrafi Sumur AA-1X dan Sumur Forel-2, endapan lisu berada dalam lingkungan pengendapan supratidal, air tawar yang didominasi lakustrin. Berdasarkan analisis seismik geomorfologi dengan sayatan strata, di daerah penelitian dijumpai tiga sistem pengendapan di area lisu, yaitu: deltaik fluvial, lakustrin dangkal dan lakustrin dalam. Konfigurasi internal reflektor seismik pada sistem deltaik fluvial menunjukkan amplitudo rendah-bervariasi dan diskontinu. Amplitudo seismik pada sistem lakustrin diidentifikasi tidak berbentuk dan relatif homogen pada sayatan strata CWT. Lakustrin dangkal diinterpretasikan memiliki amplitudo yang lebih rendah daripada lakustrin dalam. Stratigrafi sistem pengendapan lisu di daerah penelitian sangat dikontrol oleh tektonik. Secara tektonostratigrafi, dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu: Lisu Awal (Early Rift), Lisu Tengah (Middle Rift), Lisu Akhir (Late Rift) dan Pasca-lisu Awal (Early Post-rift). Batas antara keempat fase tektonostratigrafi ditentukan berdasarkan analisis ekspresi seismik. Fase Lisu Awal terbentuk pada awal pelisuan (rifting) dengan laju sedimentasi sejalan dengan subsiden. Fase Lisu Tengah terjadi dengan laju sedimentasi lebih lambat daripada subsiden yang merupakan fase pelisuan maksimum. Fase Lisu Akhir terjadi dengan laju sedimentasi lebih cepat daripada subsiden. Pada peta atribut fase Awal Pasca-lisu dijumpai alur sungai (channels) dengan arah relatif tegak lurus terhadap orientasi struktur, mengindikasikan bahwa transpor sedimen tidak lagi dikontrol oleh tektonik. Berdasarkan analisis seismik-sikuen stratigrafi, area lisu dapat dibagi menjadi 3 paket sikuen, yaitu: Sikuen-1 (Interval SB0-SB1), Sikuen-2 (Interval SB1-SB2) dan Sikuen-3 (Interval SB2-SB3). Batas sikuen ditentukan berdasarkan terminasi onlap horizon seismik terhadap strata di bawahnya yang mengindikasikan adanya ketidakselarasan. Secara umum, batas tektonostratigrafi dan batas sikuen stratigrafi di area penelitian relatif berimpit, namun semakin ke arah bonding fault-rift, perbedaan batas tersebut semakin terlihat. Hasil analisis seismik geomorfologi mengindikasikan distribusi Reservoir“Lower Gabus” yang terdiri dari perselingan antara batupasir, serpih dan batulanau dengan dominasi litologi lempungan (argillaceous lithology) terutama di interval bagian atas yang didominasi endapan lakustrin. Reservoir “Lower Gabus” dinterpretasikan berada dalam lingkungan transisi barrier-lagoon system yang terbentuk pada saat highstand system tract.