digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pencemaran lindi slag menjadi fokus utama lingkungan akibat tingginya produksi limbah slag dari industri pengolahan besi dan baja. Slag terpapar hujan asam berpotensi meningkatkan keterlindian logam berat ke badan air permukaan dan air tanah. Pemanfaatan slag sebagai agregat campuran lapis permukaan jalan merupakan upaya meminimasi pencemaran dengan membatasi pergerakkan logam berat. Permen LH No.2 Tahun 2008 menuntut pemanfaatan limbah slag dengan kriteria aman bagi lingkungan dan layak secara teknis. Penelitian bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah slag besi dan baja sebagai agregat campuran lapis permukaan jalan dengan cara solidifikasi melalui kriteria kelayakan teknis produk pemanfaatan dan bersifat aman bagi lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jenis slag yang diteliti adalah BF dan BOF. Keterlindian logam berat limbah slag serta produk solidifikasi dianalisis melalui pengujian ANC, TCLP standar dan modifikasi, uji pelindian statis dan dinamis. Penelitian terhadap karakteristik fisik limbah slag BF dan BOF menunjukkan keduanya dapat digunakan sebagai subtitusi agregat standar perkerasan jalan karena memenuhi spesifikasi Dep. Pekerjaan Umum (2010) yaitu keausan rendah, kebersihan agregat tinggi, berat jenis tinggi, penyerapan air rendah, angularitas tinggi, kelekatan terhadap aspal tinggi, pelapukan rendah, dan tidak terdapat partikel pipih dan lonjong. Hasil analisis karakteristik kimia limbah slag BF dan BOF menunjukkan limbah slag memiliki sifat pozzolan kelas C yang mengindikasikan limbah slag memiliki sifat pozzolan dan bersifat semen sebagai faktor pendukung kekuatan campuran lapis permukaan jalan. Jenis logam berat yang berkontribusi sebagai pencemar utama untuk slag BF dan BOF yaitu Fe (641,5; 692,25 mg/kg), Ba (17,25; 17,75 mg/kg), Zn (17,25; 17,75 mg/kg), Cr (7,75; 9,75 mg/kg) dan Cd (5,25; 5,75 mg/kg). Melalui penggabungan gradasi agregat, analisis Marshall dan Kepadatan Mutlak serta pengujian kinerja campuran, kondisi optimum dicapai ketika dicampurkan dengan 5,9% aspal Pen 60/70 dengan gradasi gabungan agregat penggunaan slag BF terdiri dari 57% agregat kasar, 28% agregat sedang, dan 15% agregat halus, sementara penggunaan slag BOF menghasilkan gradasi dengan komposisi 58% agregat kasar, 32% agregat sedang dan 10% agregat halus. ii Uji TCLP standar dan modifikasi mengindikasikan slag besi dan baja tidak memiliki karakteristik toksik. Urutan laju pelindian logam berat statis produk solidifikasi Fe>Zn>Ba>Cd>Cr, dinamis Ba>Cr>Fe>Zn>Cd. Rendahnya persentase logam berat terluruh kumulatif mengindikasikan keberhasilan proses solidifikasi karena logam berat terimobilisasi dan terikat oleh aspal dalam kondisi matriks padat. Binder berupa aspal menyebabkan pengkapsulan mikro logam berat tanpa adanya reaksi kimia. Mengacu analisis statistik tidak terdapat perbedaan signifikan hasil keterlindian logam Ba, Cd, Cr, Fe, dan Zn pada pelindian statis dan dinamis antara ketiga fraksi slag BF yaitu agregat halus, sedang, dan kasar. Produk solidifikasi berupa lapis permukaan jalan mampu menurunkan potensi keterlindian logam berat dari limbah slag besi dan baja, khususnya logam Ba, Cd, dan Cr. Keterlindian logam berat dipengaruhi oleh sifat kimia limbah seperti kandungan logam berat, oksida logam, dan mineral serta waktu kontak pelindian. Konsentrasi seluruh parameter logam berat yang terbentuk dalam lindi pada pengujian TCLP standard dan modifikasi, uji pelindian statis dan dinamis tidak melampaui baku mutu kolom TCLP-A dan TCLP-B tercantum dalam PP No.101 Tahun 2014. Hal ini menunjukkan limbah slag besi dan baja bersifat aman bagi lingkungan melalui parameter konsentrasi keterlindian logam berat ke lingkungan dan layak secara teknis sebagai bahan baku subtitusi agregat campuran lapis permukaan jalan.