digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sedimen laut merupakan sumber informasi paleoklimatik dan jejak yang mengandung proksi yang dapat digunakan dalam penelitian terkait karakteristik sedimen dan analisis paleoklimat pada Kala Holosen dan Pleistosen yang dilakukan di perairan barat Sumatra, Indonesia. Secara geografis, lokasi penelitian dengan kode EW17-08 terletak pada koordinat 94°46’43” BT; 2° 29’ 47” LU. Penelitian ini merupakan bagian dari Ekspedisi Widya Nusantara 2017 LIPI menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Sampel diambil menggunakan gravity core pada kedalaman 2811m di bawah permukaan laut dengan panjang core 223 cm. Interval sampling yang dilakukan dalam analisis adalah dua cm untuk analisis besar butir dan X-Ray Fluorescence (XRF), serta delapan cm untuk analisis foraminifera. Analisis besar butir dilakukan dengan menggunakan alat Malvern Mastersizer 2000 yang menghasilkan nilai parameter besar butir seperti mean, median, sorting, skewness, kurtosis, dan persentil, serta menunjukkan bahwa sampel terdiri dari sedimen berukuran lanau sedang, lanau kasar, lanau sangat kasar, dan pasir sangat halus yang kemudian dibagi ke dalam 13 fasies berdasarkan karakteristik parameter besar butirnya. Analisis XRF dilakukan dengan menggunakan alat Thermo Scientific yang menunjukkan bahwa pada sampel terdapat 9 unsur kimia utama yang dibagi menjadi 8 pola perubahan. Analisis foraminifera dilakukan dengan pengamatan mikroskop yang menunjukkan bahwa pada sampel terdapat 32 spesies foraminifera planktonik dan 10 spesies foraminifera bentonik. Batas umur antara Pleistosen dan Holosen terdapat pada kedalaman 161 cm yang ditandai dengan First Appearance Datum (FAD) Bolliela adamsi. Berdasarkan analisis foraminifera bentonik, dan dengan memperhatikan rasio Planktonik:Bentonik, sedimen diinterpretasikan berasal dari lingkungan Lower Slope. Berdasarkan plot bivarian menggunakan parameter besar butir, karakteristik sedimen pada Kala Holosen memiliki tren yang lebih seragam dibandingkan dengan sedimen Kala Pleistosen. Selain itu, didapatkan bahwa sedimen terendapkan pada perairan tenang dan diam dengan mekanisme pelagic suspension. Integrasi ketiga analisis secara umum menunjukkan hasil yang sejalan. Peningkatan rata-rata ukuran butir akan sejalan dengan peningkatan kandungan unsur Ca dan Sr, penurunan Fe, Mn, Zn, Ti, dan K, serta kelimpahan foraminifera. Adanya anomali pada kelimpahan Ca dan Sr yang tidak selaras dengan mean ukuran butir dan kelimpahan foraminifera diduga disebabkan oleh adanya kelimpahan organisme lain atau manifestasi dari mineral yang memiliki kandungan Ca dan Sr yang tinggi. Interpretasi paleoklimat yang terekam pada sampel yaitu terjadinya peristiwa Younger Dryas pada akhir Pleistosen, 8,2 ka event, Holocene Thermal Maximum, Medieval Warm, dan Little Ice Age pada Holosen.