digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Masalah kemacetan sudah menjadi hal yang umum di kota-kota besar di Indonesia. Padahal, kemacetan yang parah dapat menghambat kegiatan perekonomian. Dampak lain kemacetan adalah polusi udara yang juga dapat mengganggu kesehatan. Salah satu solusi kemacetan adalah memaksimalkan penggunaan sarana transportasi umum. Hal ini juga sudah menjadi perhatian pemerintah. Melalui DAMRI, tahun 2016 pemerintah memberikan subsidi bus untuk 11 kota besar di Indonesia. Bus-bus ini disediakan dengan kondisi layak dan dibuat senyaman mungkin. Dengan begini diharapkan masyarakat memilih menggunakan bus dibanding kendaraan pribadi. Dalam tesis ini akan dibahas dua model subsidi pemerintah untuk DAMRI. Pertama, subsidi yang diberikan pemerintah untuk mengurangi harga beli bus dari manufaktur. Kedua, subsidi yang diberikan untuk mengurangi harga tiket penumpang. Model terbaik tentu saja model yang memberikan keuntungan lebih banyak. Oleh karena itu, untuk memilih model terbaik diperlukan model keuntungan DAMRI dan manufaktur terlebih dahulu. Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Untuk DAMRI pendapatan diperoleh dari harga tiket yang terjual. Sedangkan, pengeluarannya adalah untuk pembelian dan pemeliharaan bus. Dari sini kemudian dibuat model keuntungan Damri. Setelah model keuntungan tersedia, dipilih harga tiket yang dapat memaksimumkan keuntungan menggunakan turunan pertama. Pemeliharaan bus yang digunakan dalam tesis ini adalah pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan perbaikan. Untuk memodelkan pemeliharaan digunakan data kerusakan pertama bus yang diperoleh dari catatan internal bengkel DAMRI. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa subsidi untuk tiket penumpang memberikan keuntungan lebih banyak.