digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Erupsi steam di permukaan adalah salah satu resiko yang sangat mungkin terjadi di dalam daerah operasi eksploitasi minyak bumi menggunakan teknologi steamflood. Penyebab terjadinya erupsi steam di permukaan ini pada dasarnya adalah karena terbentuknya 'saluran' steam dari bawah tanah di mana steam sudah terakumulasi di dalam lapisan sand. Melalui 'saluran' inilah steam menerobos sampai ke permukaan tanah. Akar masalah bagaimana terbentuknya 'saluran' ini bisa bermacam-macam tergantung dari apa yang menjadi pemicu dan bagaimana kondisi geologi dan reservoirnya. Lapangan 'Y' terletak di Sumatera Tengah dan dikembangkan dengan teknologi steamflood. Area 'X' adalah bagian dari Lapangan 'Y' dan terletak di bagian utara dari Lapangan 'Y'. Sand utama di area ini adalah Sand A dan Sand B. Area 'X' dikembangkan dengan teknologi steamflood sejak tahun 2003. Semua sumur produksi sudah memproduksikan minyak dan demikian juga semua sumur injeksi sudah menginjeksikan steam sejak tahun 2003 sehingga terdapat sejumlah akumulasi steam di bawah tanah terutama di Sand A dan B ini. Tahun 2008 dilakukan pengembangan kembali Area 'X' untuk mengoptimalkan perolehan minyak dari daerah yang belum tersapu dengan melakukan pemboran sejumlah sumur produksi dan injeksi. Pada saat operasi pemboran di Sumur 'S' yang direncanakan sebagai sumur injeksi sedang berlangsung, terjadi kick dan langsung direspon dengan mengubah komposisi lumpur pemboran. Selang beberapa saat terjadi steam bubbling di permukaan yang berjarak sekitar 52 meter dari lokasi pemboran dan diikuti steam bubbling kedua yang berjarak sekitar 40 meter dari lokasi bubbling pertama atau sekitar 85 meter dari lokasi pemboran. Selang beberapa waktu volume bubbling terus bertambah di kedua tempat dan membentuk semacam kolam berdiameter sekitar 5 meter. Erupsi steam berhenti setelah beberapa sumur injeksi yang berdekatan di shut in, injeksi steam dihentikan. Hal menarik yang terjadi adalah ketika salah satu sumur injeksi diaktifkan kembali, erupsi pada lokasi kedua aktif kembali sementara yang di lokasi pertama tidak aktif sama sekali. Sumur injeksi tersebut segera di shut in kembali, akan tetapi erupsi steam di lokasi kedua masih tetap terjadi dan membutuhkan waktu selama 1 bulan untuk menjadi tidak aktif lagi. Studi yang dilakukan di sini adalah untuk mengidentifikasi dan memahami akar masalah terjadinya erupsi steam di permukaan pada kasus di atas, sehingga strategi yang tepat dapat diambil terhadap Sumur ‘S’ dan pada saat mengaktifkan kembali sumur injeksi yang di shut in sementara agar terjadinya kembali erupsi steam dapat dicegah. Interpretasi ulang data seismik, evaluasi geomekanik yang menyangkut tekanan rekah batuan, evaluasi data temperatur reservoir, evaluasi contoh minyak terproduksi, evaluasi integritas lubang sumur dan dikombinasikan dengan kronologi terjadinya erupsi pada saat pemboran merupakan kunci untuk mengidentifikasi dan memahami akar masalahnya. Berdasarkan identifikasi dan analisa akar masalah di atas, dilakukan tindakan terhadap Sumur 'S' dan sumur-sumur injeksi di sekitarnya. Sumur 'S' akhirnya tetap dikomplesi sebagai sumur injeksi, sumur-sumur injeksi yang tadinya di shut in dapat kembali diaktifkan tanpa terjadi lagi erupsi steam di permukaan. Hasil dari studi yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menghindari kejadian yang serupa di masa yang akan datang dan dalam menentukan strategi yang tepat jika erupsi steam sudah terjadi.