digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses ekstraksi bijih emas di industri umumnya dilakukan dengan pelindian sianidasi. Disamping kelebihan-kelebihannya, proses pelindian emas dengan sianida mempunyai efek yang merugikan bagi lingkungan karena sianida merupakan senyawa beracun dan kurang efektif untuk bijih emas yang bersifat refraktori. Penelitianpenelitian telah banyak dilakukan untuk mencari reagen alternatif dimana thiosulfat merupakan reagen alternatif yang paling menarik. Pada penelitian ini dipelajari efektivitas thiosulfat sebagai reagen pelindi untuk mengekstraksi Au dari bijih emas yang berasal dari UBPE Pongkor, PT. ANTAM, Tbk. Recoveri emas dari larutan hasil pelindian thiosulfat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif yang biasa digunakan di Pongkor dan 3 tipe resin dari Lewatit. Percobaan pelindian dilakukan di dalam reaktor berleher lima dengan memvariasikan konsentrasi ammonium thiosulfat, temperatur dan waktu pelindian. Untuk mengetahui persen ekstraksi emas, sampel-sampel larutan hasil pelindian dianalisis dengan metoda AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Kinetika pelindian bijih emas dengan thiosulfat didekati dengan model partikel bulat yang menyusut dengan waktu (Shrinking Spherical Particle). Recoveri emas dari larutan hasil pelindian dilakukan dengan metoda Carbon/Resin In Solution dimana karbon aktif dan resin diaduk bersamaan dengan larutan hasil pelindian. Jenis resin yang digunakan adalah resin Lewatit Monoplus MP800 (resin tipe basa kuat), resin Guanidine (resin tipe basa lemah), resin Lewatit AF 5 (resin dengan matriks karbon) dan karbon aktif. Percobaan recoveri emas dilakukan dengan memvariasikan pH dalam selang 7-9 selama 25 jam.